Booming Tren Daring (Serial 4): Peluang Kerja di Era Digital
Digitalisasi dapat dipandang sebagai ‘pembunuh’ sejumlah profesi. Sebaliknya, profesi lainnya justru diburu dan digaji tinggi.
Industri
JAKARTA – Dalam kurun kurang dari dua tahun terakhir, tepatnya sejak pandemi COVID-19, konstelasi ekonomi di Indonesia berubah dalam sekejap termasuk bursa lapangan pekerjaan.
Bagai dua sisi mata uang, digitalisasi dapat dipandang sebagai ‘pembunuh’ sejumlah profesi. Sebaliknya, profesi lainnya justru diburu dan digaji tinggi.
Ditambah lagi COVID-19 membuat jumlah pengangguran di Indonesia bertambah 2,56 juta orang hingga Agustus 2020. Walhasil, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan jumlah pengangguran tahun lalu mencapai 10 juta orang.
- Gandeng Visa Indonesia, MNC Bank Luncurkan MotionVisa
- Pencarian Properti Online Meningkat 36,8 Persen Secara Tahunan, Lamudi Luncurkan #CariSekarang
- Kinerja Turun Akibat Pandemi, Kapitalisasi Pasar Modal Syariah Tembus Rp3.372 Triliun
Di sisi lain, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan sebanyak 202,6 juta masyarakat Indonesia atau 73,7% dari total populasi telah menggunakan internet per Januari 2021.
Dengan jumlah user base raksasa, studi yang dilakukan oleh Google, Temasek, dan Bain & Company (2020) memprediksi bahwa total nilai transaksi (Gross Merchandise Value) yang dilakukan melalui platform ekonomi digital Indonesia akan mencapai US$124 miliar pada 2025, naik 23% dari US$44 miliar pada 2020.
Tak heran, World Economic Forum (WEF) bahkan lebih dulu memotret adanya pergeseran masa depan lapangan pekerjaan di dunia akibat pandemi. Dalam laporannya pada 2020, WEF menganalisis, sebagian besar pekerjaan menuntut pekerja untuk menguasai teknologi.
Pekerjaan yang Dibutuhkan dan Hilang
Riset WEF mencatat, 91,7% perusahaan yang disurvei mengakui telah mengadopsi sistem kerja jarak jauh sebagai bagian dari respons pembatasan mobilitas akibat COVID-19.
Dalam Survei Pekerjaan WEF 2020, perusahaan memperkirakan profesi baru tumbuh 5,7% dari 7,8% menjadi 13,5% pada 2025. Berdasarkan hal tersebut, WEF memperkirakan ada 85 juta pekerjaan yang berpotensi tergeser oleh pembagian kerja antara manusia dan mesin.
Sementara 97 juta peran baru mungkin muncul yang lebih disesuaikan untuk pembagian kerja baru antara manusia, mesin, dan algoritma.
- Baru Saja Rilis, Fitur Fleets Justru akan Dihapus dari Twitter
- Booming Tren Daring (Serial 4): Peluang Kerja di Era Digital
- Studi Terbaru Menemukan Kekebalan Manusia Dapat Dilatih untuk Melawan Infeksi
Dalam riset yang sama, WEF mengidentifikasi 10 pekerjaan baru yang paling dibutuhkan saat ini. Kesepuluh pekerjaan tersebut adalah data analysts and scientists, big data specialists, artificial intellegiance and machine learning specialists, digital marketing and strategy specialists.
Kemudian, renewable energy engineers, process automation specialists, internet of things specialists, digital transformation specialists, business services and administration managers, dan business development professionals.
Berikut beberapa ringkasan profesi atau keahlian yang banyak dicari saat ini:
UI/UX Designer
UI merupakan singkatan dari User Interface, sedangkan UX adalah singkatan dari User Experience. Keduanya berkaitan erat dengan tampilan pada sebuah website. Seorang UI/UX Designer bertugas untuk mendesain sebuah website ataupun aplikasi agar lebih mudah digunakan dengan tampilan yang mudah dipahami.
Data Analyst
Data Analyst memiliki tugas untuk menganalisis data yang nantinya dapat menjadi acuan bagi kemajuan sebuah bisnis di suatu perusahaan. Data-data tersebut nantinya bukan hanya dianalisis saja, namun juga harus mampu dijelaskan sebab akibatnya oleh seorang Data Analyst.
- Tak Cuma Corona, Penerapan 5M Juga Bisa Lawan Pinjol Ilegal
- Perluas Metode Pembayaran, XL Axiata Gandeng Perusahaan Fintech Xendit
- Booming Tren Daring (Serial 2): Mendadak Kaya Gara-Gara Ekonomi Digital
Social Media Specialist
Berkembangnya teknologi digital membuat media sosial memiliki peran yang penting bagi perusahaan untuk meningkatkan brand awareness dan membangun koneksi dengan pelanggan.
Oleh karena pentingnya media sosial sebagai platform pemasaran saat ini, banyak perusahaan mencari Social Media Specialist untuk mengelola seluruh akun media sosial perusahaan.
Selain itu, seorang Social Media Specialist juga memiliki tugas dalam perencanaan konten, penulisan caption, dan strategi penjadwalan materi.
Gaji Tinggi untuk Si Paham Teknologi
Berdasarkan, Laporan Gaji Indonesia (Glints, 2020), kebutuhan yang meningkat dan jumlah pekerja yang masih terbatas membuat sejumlah pekerjaan yang berhubungan dengan pengembangan teknologi digital dihargai lebih tinggi dari rata-rata pekerjaan di Indonesia.
Dari kelompok software engineering misalnya, Junior software engineer memiliki rerata gaji Rp6,25 juta per bulan hingga maksimal Rp15 juta. sementara mobile developer memiliki gaji rata-rata Rp7,5 juta hingga Rp15 juta per bulan.
Adapun untuk yang sudah berpengalaman, senior back end developer membuka rata-rata gaji di kisaran Rp12,5 juta dan maksimal Rp28 juta per bulan. Sama halnya dengan senior software engineer yang memiliki rata-rata gaji sebesar Rp13,5 juta dan maksimal Rp27 juta.
Kelompok marketing juga tak kalah menarik. Marketing communication memiliki rata-rata gaji sebesar Rp4 juta hingga Rp20 juta. Sedangkan digital marketing strategist bergaji rata-rata Rp5,75 juta sampai Rp10 juta per bulan.
Social media specialist juga membuka harga rata-rata di kisaran Rp5 juta sampai Rp20 juta. Sementara copywriter dan content writer bergaji rata-rata Rp5 juta sampai Rp12 juta per bulan.
Digitalisasi, UMKM Tak Boleh Mati
Tak hanya bagi profesi di atas, digitalisasi juga membuka ruang lebar bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Seperti diketahui, UMKM menguasai setidaknya 61,07% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atau setara Rp8.573 triliun pada 2020.
Dari potensi jumbo tersebut, pekerjaan rumah (PR) digitalisasi UMKM masih sangat besar. Pasalnya, UMKM yang sudah onboarding di ekosistem digital baru sekitar 21% pada Mei 2021.
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menjelaskan berdasarkan data dari Indonesian E-Commerce Association (idEA) terdapat 13,7 juta UMKM Indonesia yang sudah tergabung dalam ekosistem digital hingga Mei 2021.
- Modernland Realty Raup Marketing Sales Rp341 Miliar pada Kuartal I-2021
- Waskita Karya Raih Kontrak Pembangunan Jalan Perbatasan RI-Malaysia Rp225 Miliar
- Pengelola Hypermart (MPPA) Berpotensi Meraih Rp670,85 Miliar Lewat Private Placement
Padahal, Kemampuan adaptasi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di era digital menjadi salah satu kunci bertahan di persaingan bisnis yang makin terbuka.
Sayangnya, UMKM di Indonesia masih banyak mengalami kesulitan untuk beralih menjalankan bisnisnya secara daring.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pengusaha UMKM agar bisnis dan produknya bisa naik kelas. Langkah pertama, UMKM disarankan untuk berbagi tips inspiratif dengan calon konsumen.
Adapun berbagai tip inspiratif yang dibagikan untuk para pelaku UMKM antara lain pertama, bekerja sama dengan komunitas di media sosial. Pasalnya, Gen Z mengharapkan kolaborasi antara pelaku bisnis dengan komunitas.
Adanya kolaborasi ini juga bisa di sesuaikan dengan lini bisnis yang dimiliki. Bentuknya juga beragam seperti posting dan tags di media sosial untuk meningkatkan engagement.
Kedua, produksi konten yang inspiratif, informatif dan menyenangkan, tip ini menjadi pilihan untuk pelaku bisnis yang ingin menyasar kalangan anak muda. Berdasarkan riset yang dilakukan, sebanyak 57% generasi Z menyukai konten yang kreatif.
- Cara Membuang Sampah dari Pasien COVID-19 yang Sedang Isolasi Mandiri
- Netflix Dikabarkan Berencana Perkenalkan Video Game
- Viral di Twitter Akibat Tak Sengaja Makan Babi, Ini Cara Mengetahui Makanan Mengandung Babi Agar Tak Keliru
Ketiga adalah konten beriklan, selain secara organik pemasaran melalui media sosial juga dapat dilakukan dengan beriklan. Iklan ini akan membantu produk yang kita promosikan masuk ke halaman utama timeline pengguna yang sesuai.
Keempat, mencermati customer journey untuk meningkatkan penjualan melalui platform media sosial. Salah satunya juga dapat dilakukan dengan menentukan cycle ini. Adapun ini terdiri dari awareness, consideration, transaction dan retention & advocacy.
“Kami memahami bahwa di tengah ruang gerak yang terbatas saat ini, pelaku UMKM membutuhkan ruang untuk mempromosikan produk yang dimiliki dan meningkatkan skill untuk memenuhi kebutuhan pasar,” ujar Freddy Iman selaku EVP Commercial & SME BCA dalam keterangan resmi, Selasa 15 Juni 2021.
Tak hanya itu, video sharing merupakan platform yang membantu UMKM dapat bertumbuh, hal ini dapat diwujudkan melalui organik dan iklan. Video pendek terbukti menjadi jawaban untuk meningkatkan kepercayaan dan mempengaruhi behaviour pembeli.
Di samping itu terdapat pula empat pilar yang bisa mendukung perencanaan bisnis yaitu curation, community, conversation, dan commerce. (SKO)
Artikel ini merupakan serial laporan khusus yang akan bersambung terbit berikutnya berjudul “Booming Tren Daring.”