<p>Kantor Pusat PT Bank Jago Tbk yang sahamnya dibeli Gojek Indonesia / Dok. Bank Jago</p>
Industri

Borong Saham Bank Jago, Gojek Langsung Cuan Rp5,38 Triliun

  • Nilai pembelian ini cukup murah mengingat harga saham ARTO pada perdagangan Jumat, 18 Desember 2020 berada di level Rp3.900. Jika merujuk pada harga itu, mestinya Gojek harus mengeluarkan uang paling sedikit Rp7,63 triliun.

Industri
Fajar Yusuf Rasdianto

Fajar Yusuf Rasdianto

Author

JAKARTA – Pembelian saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) oleh PT Dompet Karya Anak Bangsa (GoPay) barangkali menjadi salah satu transaksi saham terbesar sepanjang 2020. Anak usaha PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek Indonesia) membeli 1,96 miliar lembar saham ARTO dengan nilai Rp1.150 per lembar atau total Rp2,25 triliun.

Nilai pembelian ini cukup murah mengingat harga saham ARTO pada perdagangan Jumat, 18 Desember 2020 berada di level Rp3.900. Jika merujuk pada harga itu, mestinya Gojek harus mengeluarkan uang paling sedikit Rp7,63 triliun.

Dengan perhitungan ini, maka Gojek pun sudah memiliki potensi profit Rp2.750 per lembar atau total Rp5,38 triliun. Nilai itu 213% lebih besar dibandingkan harga beli Gojek untuk saham ARTO.

Namun demikian, jika merujuk pada laporan keuangan Bank Jago kuartal III-2020, perusahaan rupanya masih membukukan rugi per saham Rp87,66. Artinya, ada potensi kerugian juga yang bisa didapat Gojek, yakni Rp171,51 miliar.

Walau begitu, potensi kerugian ini tidak sebanding dengan valuasi saham yang kini sudah didapat Gojek. Pasalnya, jikapun potensi kerugian itu dikurangi dengan keuntungan yang didapat dari pembelian saham ARTO, nilainya hanya akan mengubah cuan Gojek menjadi Rp5,21 triliun.

Pandangan Pengamat

Sebab itu, tidak aneh jika banyak pengamat yang mengapresiasi langkah investasi Gojek di Bank Jago. CEO Finvesol Consulting Fendy Susianto menilai, ini merupakan langkah yang tepat bagi Gojek untuk melebarkan sayapnya ke bisnis perbankan digital.

“Sinergi Gojek dengan Bank Jago akan semakin memantapkan kehadiran sistem keuangan dan perbankan digital di Indonesia. Masuknya Gojek ke industri keuangan juga membuktikan bahwa bank masih memiliki posisi strategis dalam perekonomian,” jelas Fendi di Jakarta, Jumat 18 Desember 2020.

Sebagai tambahan, pergerakan saham ARTO di 2020 memang terbilang cukup eksplosif. Ditutup di level Rp2.771 per lembar pada 30 Desember 2019, saham ARTO kemudian sempat terpuruk ke level Rp590 pada 30 Maret 2020.

Namun demikian, ARTO menunjukkan ketangguhannya hingga melesat ke level tertingginya pada 4 Desember 2020. Saat itu, saham ARTO telah menyentuh level Rp4.050 per lembar.

Kemudian jika dilihat pergerakan dalam sepekan terakhir, saham ARTO telah menguat 5,4% atau 200 poin dari Rp3.700 pada 14 Desember 2020 menjadi Rp3.900 pada akhir pekan.

Para Konglomerat

Kini, Gojek telah memiliki total 2,4 miliar saham Bank Jago. Persentasenya mencapai 22,16% dari seluruh saham beredar. Sebelumnya, porsi kepemilikan saham Gojek di ARTO hanya 449,14 juta lembar atau 4,14%.

Sementara PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) tetap menjadi pemegang saham mayoritas dengan porsi kepemilikan 37,5%. Kemudian Wealth Track Technology Limited (WTTL) dengan kepemilikan saham 16,1%.

MEI sendiri dimiliki oleh Jerry Ng yang namanya baru saja masuk dalam daftar 50 orang terkaya versi Forbes 2020. Jerry menempati posisi 44 orang paling tajir se-Indonesia dengan total kekayaan US$600 juta atau Rp8,48 triliun.

Sementara, WTTL dimiliki oleh Patrick Waluyo yang juga merupakan investor kakap Tanah Air. Patrick juga merupakan pendiri Northstar Equity Partner yang sempat sukses memborong 71,6% saham PT Bank BTPN Tbk (BTPN) pada 2008 silam. (SKO)