Kapal pengangkut liquid natural gas (LNG) Triputra milik PT GTS Internasional Tbk (GTSI).
Korporasi

Borong Saham GTSI Milik Tommy Soeharto yang Baru IPO, Siapa Sarana Niaga Buana?

  • PT Sarana Niaga Buana (SNB) tercatat memborong saham perusahaan milik Tommy Soeharto, PT GTS Internasional Tbk (GTSI). Perusahaan tersebut membeli 873.809.800 saham GSI dengan nilai transaksi Rp114 per saham.
Korporasi
Reza Pahlevi

Reza Pahlevi

Author

JAKARTA – PT Sarana Niaga Buana (SNB) tercatat memborong saham perusahaan milik Tommy Soeharto, PT GTS Internasional Tbk (GTSI). Perusahaan tersebut membeli 873.809.800 saham GSI dengan nilai transaksi Rp114 per saham.

Jika dihitung, Sarana Niaga Buana tercatat mengeluarkan dana Rp99,61 miliar untuk mencaplok 5,52% saham GTSI tersebut. Sebelumnya, Sarana Niaga Buana tidak tercatat sebagai pemegang saham GTS Internasional.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia, pembelian saham GTS Internasional oleh Sarana Niaga Buana dilakukan lewat broker PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (RELI). 

Pembelian saham ini mengikuti aksi Reliance Sekuritas sebelumnya yang memborong saham GTSI persis sebanyak jumlah saham yang dibeli Sarana Niaga Buana, yaitu 873,8 juta saham atau 5,52% dari total saham GTSI.

Emiten pelayaran PT GTS Internasional Tbk (GTSI) milik Hutomo Mandala Putra alias Tomy Soeharto resmi tercatat di Papan Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, 8 September 2021. GTSI merupakan emiten ke-37 yang tercatat di BEI pada tahun 2021.

GTSI menggerakan bidang usaha Floating Storage Regasification Unit (FSRU) di Indonesia yang memiliki layanan terintegrasi. GTSI bergerak di bidang distribusi gas alam dan buatan, transportasi laut dalam negeri dan luar negeri untuk barang khusus dan aktivitas perusahaan holding.

Pada masa penawaran umum perdana, GTSI menawarkan 2,4 miliar lembar saham dengan nominal Rp50 dan harga pelaksanaan Rp100 per lembar. Sehingga, perseroan meraup dana mencapai Rp240 miliar pada aksi korporasi tersebut.

Berbeda seperti pergerakan saham perdana (initial public offering/IPO) emiten pada umumnya, harga saham GTSI justru terkoreksi 7% hingga menyentuh auto reject bawah (ARB) pada sesi awal perdagangan ke level Rp93 per lembar. Saat ini, kapitalisasi pasar GTSI sebesar Rp1,47 triliun.

Pada perdagangan akhir pekan, Jumat, 17 September 2021, saham GTSI ditutup turun 1,33% ke level Rp74 per lembar. Kapitalisasi pasar saham GTSI mencapai Rp1,17 triliun dengan pergerakan harga pada rentang Rp72-Rp93 per lembar sejak awal listing.

Siapa Sarana Niaga Buana?

PT Sarana Niaga Buana adalah perusahaan perdagangan, perindustrian dan pengangkutan darat yang berdiri sejak 2012. Perusahaan ini berkedudukan di Jakarta Pusat dan beralamat di Jalan KH Hasyim Ashari Gambir.

Sejatinya, transaksi dan kerja sama antara SNB dan perusahaan milik bungsu dari Keluarga Cendana ini bukan pertama kali terjadi.

Berdasarkan laporan keuangan PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) per Desember 2016, pada 2014 SNB tercatat pernah mengakuisisi 39,99% saham PT Humpuss Transportasi Curah (HTC) yang merupakan anak usaha dari PT Humpuss Intermoda Transportasi (HITS).

Akuisisi ini membuat SNB menjadi pemegang saham pengendali HTC. Kala itu, divestasi Humpuss bertujuan untuk untuk memperbaiki kinerja keuangan yang dianggap selalu terbebani oleh HTC.

Tak lama berselang, tepatnya pada 2018, Humpuss melalui anak usahanya PT MISI Hutama Internasional (MISI) mengambil alih kembali saham HTC dari Sarana Niaga Buana. Pengambilalihan saham kembali itu membuat HITS yang memiliki 99,9% saham di MISI menjadi pengendali HTC lagi.

“Transaksi pemindahan hak atas saham tersebut menyebabkan terjadinya peruhana pengendali di HTC yang semula dipegang SNB menjadi beralih kembali kepada perseroan,” tulis direksi Humpuss dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia pada 18 Desember 2018.

Kali ini, Masuknya SNB menggenggam saham GTSI di atas 5% saat harga saham GTS jatuh, memancing pertanyaan sejumlah investor. Akankah kisah sama terulang, Humpuss akan memborong kembali sahamnya dari SNB?