<p>Hypermart adalah salah satu produk ritel milik PT Matahari Putra Prima Tbk. / Facebook @Hypermart-Tanjung-Pinang-City-Center-652877128194713</p>
Korporasi

Borong Saham Matahari Milik Lippo, Inilah Sosok di Balik Watiga Trust

  • Emiten ritel PT Matahari Putra Prima (MPPA) milik konglomerat Mochtar Riady kedatangan investor baru asal Singapura, yakni Watiga Trust Ltd.

Korporasi

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Emiten ritel PT Matahari Putra Prima (MPPA) milik konglomerat Mochtar Riady kedatangan investor baru asal Singapura, yakni Watiga Trust Ltd. Masuknya perusahaan pengelola dana investasi tersebut bersamaan dengan dilepasnya 11,9% kepemilikan saham MPPA oleh PT Multipolar Tbk (MLPL).

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Keuangan (BEI), Selasa 13 April 2021, Watiga Trust memborong 537.796.300 lembar saham atau setara 7,14% dari keseluruhan saham MPPA pemilik ritel Hypermart pada harga Rp404 per lembar. Sehingga, Watiga Trust merogoh kocek sekitar Rp217,27 miliar pada transaksi tersebut.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun TrenAsia.com, Watiga Trust merupakan perusahaan pengelola dana yang cukup aktif melakukan investasi di Tanah Air. Perusahaan ini didirikan oleh pengacara internasional bernama Matthew Paul Richards atau biasa disapa Matt Richards.

Sebelum mengakuisisi sebagian saham MPPA, Watiga Trust tercatat sebagai salah satu pemegang saham utama emiten properti PT Jaya Real Property Tbk (JRPT). Perusahaan mengempit 1.928.959.800 lembar atau setara dengan 14,03% kepemilikan saham JRPT per 9 April 2021.

Portofolio investasi Watiga lainnya yakni pada emiten penyedia produk dan penyedia layanan telekomunikasi seluler PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO). Watiga juga menjadi salah satu pemegang saham utama dengan porsi 25,53% kepemilikan saham Trikomsel.

Namun, perusahaan yang memiliki bisnis penjualan produk-produk operator seperti paket perdana kartu SIM prabayar dan voucher isi ulang operator telekomunikasi ini terancam delisting akibat bangkrut. Di sana, pendiri Watiga Trust yakni Matt Richards menjabat salah satu direksi perseroan.

Tak sampai disitu, Matt juga pernah bekerja pada perusahaan investasi bernama Quvat Management. Perusahaan private equity fund ini didirikan oleh mantan Menteri Perdagangan, Thomas Lembong pada 2006.

Pada saat itu, Matt menjabat sebagai chief legal officer. Di bawah kepemimpinan keduanya, Quvat sukses menggalang dana hingga US$493 juta yang hampir seluruhnya diinvestasikan di Indonesia dan salah satunya menjadi cikal bakal lahirnya bioskop Blitz Megaplex.

Sekitar tahun 2012, Quvat menggandeng operator bioskop terbesar ke-5 di dunia yang berasal dari Korea Selatan, CJ Group untuk menjadi bagian dari pemegang saham PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ).

Dengan kolaborasi tersebut, kedua perusahaan sepakat mengubah nama Blitz Megaplex menjadi CGV Blitz sekaligus sukses melantai di bursa pada April 2014.

Sebelumnya, Temasek Holdings Singapura melalui Anderson Investments Pte Ltd (Anderson) resmi menggenggam 1.402.947.000 lembar saham atau mewakili 18,63% kepemilikan saham MPPA. (SKO)