Bos BEI Dorong BUMN IPO di Era Prabowo-Gibran
- Situasi ini mirip dengan tahun politik 2019, di mana tidak ada aksi pencatatan saham perdana dari BUMN. Kala itu, dari 33 emiten yang melantai di BEI tidak ada satu pun dari perusahaan plat merah.
Korporasi
JAKARTA – Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman menyatakan bahwa sampai saat ini belum ada perusahaan BUMN yang tercatat dalam daftar pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) yang direncanakan untuk tahun ini.
Oleh sebab itu, Iman mengharapkan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka mampu memboyong BUMN untuk menggelar IPO pada 2025. “Tunggu saja, wait and see pada pemerintahan baru, tetapi kami harapkan tahun depan mungkin ada BUMN atau anak BUMN yang akan IPO,” ujarnya di Jakarta, pada Rabu, 10 Juli 2024.
Iman menyampaikan bahwa sampai dengan saat ini, sudah ada 30 perusahaan yang masuk dalam antrean atau pipeline IPO Bursa. Meski demikian, dari jumlah tersebut, belum ada satu pun yang berasal dari BUMN ataupun anak perusahaan pelat merah.
- Saham GOTO Akhirnya Berdenyut, Sinyal Rebound?
- Negara Sawit, Indonesia Rajai Produksi, Ekspor, dan Konsumsi di Dunia
- Asing Mulai Akumulasi BBRI, Bagaimana Prospek Sahamnya?
“Sekarang di pipeline kami masih ada sekitar 30 perusahaan. Kami berharap seperti di awal tahun, target kami sekitar 60 perusahaan. Saat ini, dengan 32 perusahaan [yang melantai] mudah-mudahan kami bisa mencapai target di akhir tahun,” tuturnya.
Hingga saat ini, sebanyak 32 perusahaan telah melakukan IPO sepanjang tahun ini. Sementara itu, sampai dengan 5 Juli 2024, terdapat 24 perusahaan lainnya yang sedang dalam proses antrian untuk melakukan pencatatan perdana saham.
Dari jumlah tersebut, 15 perusahaan memiliki aset dalam rentang skala menengah sebesar Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar, sementara 6 perusahaan memiliki aset skala besar dengan nilai di atas Rp 250 miliar.
Di sisi lain, Kementerian BUMN telah memastikan bahwa tidak ada perusahaan pelat merah yang akan melakukan IPO pada tahun 2024. Situasi ini mirip dengan tahun politik 2019, di mana tidak ada aksi pencatatan saham perdana dari BUMN. Kala itu, dari 33 emiten yang melantai di BEI tidak ada satu pun dari perusahaan plat merah.
Isu BUMN IPO
Sebelumnya, beberapa perusahaan entitas plat merah seperti PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dan PT Pupuk Kalimantan Timur direncanakan untuk melantai di pasar modal pada 2023, namun rencana ini ditunda karena kondisi pasar yang kurang menarik.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo kembali menegaskan bahwa tidak ada perusahaan pelat merah yang akan melakukan IPO. Pertimbangan utama Kementerian BUMN adalah kondisi dan minat pasar. "Sementara belum. Kami lagi lihat market tergantung appetite, seperti PHE kemarin ternyata minatnya kurang," ujar Kartika di Jakarta pada awal 2024.
Kementerian BUMN juga menunda rencana IPO subholding PTPN, PalmCo, pada 2024. Kartika, atau yang akrab disapa Tiko, menjelaskan bahwa penundaan ini disebabkan oleh kondisi pasar yang kurang menarik. PalmCo kemungkinan akan melantai di bursa jika kondisi pasar memungkinkan.
Saat ini, Kementerian BUMN belum fokus untuk membawa PalmCo ke lantai bursa karena masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan agar perusahaan memiliki valuasi yang tinggi. Salah satu pekerjaan rumah yang perlu dilakukan adalah replanting atau penanaman kembali pohon sawit karena lahan milik PTPN Grup dalam kondisi kurang terawat.
"Tadinya kami mau dorong PalmCo, namun kami melihat marketnya seperti apa. Kalau pasarnya oke, kami mungkin dorong tetapi [ternyata] pasarnya kurang. Kami lihat timing juga, tahun depan mungkin PalmCo, tetapi setelah pasar bagus," kata Tiko.