Gedung Bank Rakyat Indonesia (BRI) di kawasan Sudirman, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Industri

Bos BRI Ungkap 64,7 Persen Kredit Dikucurkan ke Sektor Berkelanjutan

  • PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melaporkan, sebanyak 64,7% dari portofolio kredit BRI telah disalurkan kepada sektor berkelanjutan (environment, social, and governance/ESG) per Maret 2021

Industri

Ananda Astri Dianka

JAKARTA –  PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melaporkan, sebanyak 64,7% dari portofolio kredit BRI telah disalurkan kepada sektor berkelanjutan (environment, social, and governance/ESG) per Maret 2021.

“64,7 persen kredit atau senilai Rp579,7 triliun telah disalurkan ke sektor berkelanjutan,” kata Direktur Utama BRI, Sunarso dalam ESG Capital Market Summit 2021, Selasa 27 Juli 2021. 

Sunarso merinci, kredit terbesar diberikan kepada sektor usaha mikro senilai Rp490,8 triliun. Energi terbarukan sebanyak Rp15,7 triliun, pollution prevention and control sebesar Rp2,4 triliun. 

Kemudian, Clean transportation sebanyak Rp18,3 triliun dan green building senilai Rp2,8 triliun. Lalu environmentally sustainable management of living natural resources and land use senilai Rp39,1 triliun. 

Selanjutnya, Terrestrial and aquatic biodiversity conservation Rp714 miliar. Sustainable water and wastewater management Rp673 miliar. Kemudian, Eco-efficient product, production technologies and processes Rp9 triliun. Termasuk untuk proyek terkait ESG lainnya senilai Rp 290 miliar. 

Dengan menerapkan sistem keuangan berkelanjutan, Sunarso membuktikan dapat berdampak positif bagi kinerja perseroan. Contohnya, aset BRI tumbuh 6,8% yoy menjadi Rp1.374,38 triliun. 

Sementara, kredit tumbuh 1,4% yoy menjadi Rp896,51 triliun. Khususnya, segmen mikro yang mampu tumbuh 16% sebagai penopang pertumbuhan kredit.

Tak hanya itu, dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh 5,6% yoy menjadi Rp1.033,25 triliun. Dari kualitas kredit, rasio kredit bermasalah (non performing loan/ NPL) berada di level 3,12%. I

Di sisi lain, selama pandemi BRI juga merekam adanya peningkatan loan at risk (LAR) ke level 28,84%.