Bos Bukalapak: Nilai Transaksi Per Orang Turun, Gejala Daya Beli Lemah
JAKARTA – Presiden Bukalapak Teddy Oetomo menyampaikan kenaikan total nilai transaksi sekitar 30% dibanding sebelum adanya pandemi COVID-19. Akan tetapi, jika melihat nilai transaksi per pengguna justru turun 5%, sehingga bisa menjadi indikator turunnya daya beli masyarakat. Menariknya, dari dua segmen yang ada di Bukalapak, yakni transaksi yang langsung pengguna tercatat hanya tumbuh 15%, sedangkan […]
Industri
JAKARTA – Presiden Bukalapak Teddy Oetomo menyampaikan kenaikan total nilai transaksi sekitar 30% dibanding sebelum adanya pandemi COVID-19. Akan tetapi, jika melihat nilai transaksi per pengguna justru turun 5%, sehingga bisa menjadi indikator turunnya daya beli masyarakat.
Menariknya, dari dua segmen yang ada di Bukalapak, yakni transaksi yang langsung pengguna tercatat hanya tumbuh 15%, sedangkan transaksi yang melalui warung naik 170%. Artinya bisa dilihat bahwa penggunaan teknologi ini sudah menjamah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Di lima kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, dan Semarang, bahkan penurunan nilai transaksi per orang turun hingga 15%,” kata Teddy dalam diskusi media secara virtual, Selasa, 13 Oktober 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Teddy menjelaskan penurunan tersebut sudah terekam sejak masuknya pandemi hingga Mei 2020, kemudian Juni mulai rebound. Sayangnya, pemulihan pada Juni dan belanjut ke September terjadi pendataran pertumbuhan (flat).
Di sisi lain, Bukalapak justru melihat adanya perkembangan bisnisnya terhadap para warung mitra. Bahkan, menurut data transaksi per warung, kenaikannya mencapai 50%. Sehingga ini memberikan pandangan bahwa kinerja UMKM khusunya warung sangat menjanjikan.
Teddy juga menjelaskan ada kenaikan signifikan transaksi pada layanan atau jasa digital di luar physical goods. Seperti misalnya top up pulsa ponsel, pengiriman uang, pembayaran tagihan.
“Pembayaran melalui warung meningkat sangat pesta, ini dampak dari work from home,” tambah dia.
Terkait stimulus ekonomi, Teddy mengusulkan agar pemerintah lebih memperhatikan insentif dari sisi permintaah (demand). Sebab, pihaknya melihat paket stimulus ekonomi lebih cenderung membantu UMKM supply.
Terakhir, Teddy juga mengimbau kepada seluruh pelaku usaha, baik yang berbasis digital maupun yang bukan agar mengubah persepsi dan berkolaborasi.
Sebab, Teddy mengakui kerap kali teknologi dianggap sebagai ‘pembunuh’ usaha konvensional yang sudah lebih dulu ada.
“Kami sangat tidak setuju dengan pandangan bahwa teknologi merupakan infrastruktur yang mendistraksi. Justru harus kolaborasi antara online dan offline, bukan saling men-distract,” tambah Teddy.