<p>Aktivitas tambang batu bara PT Bukit Asam/ Kaltim Post</p>
Industri

Bos BUMN Bukit Asam Bocorkan 3 Rencana Ekspansi Bisnis

  • PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyiapkan sejumlah strategi utama untuk beberapa waktu ke depan.

Industri
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyiapkan sejumlah strategi utama untuk beberapa waktu ke depan. Direktur Utama Bukit Asam Suryo Eko Hadianto mengatakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini tidak hanya fokus pada industri tambang batu bara.

PTBA ke depan bakal berekspansi untuk menggarap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), gasifikasi batu bara, hingga masuk ke dalam industri Energi Baru Terbarukan (EBT).

Suryo menuturkan, untuk mengembangkan PLTU, perseroan telah membentuk PT Huadian Bukit Asam Power bersama BUMN asal China yang bergerak di bidang PLTU.

Perusahaan ini akan mengembangkan 2 x 620MW di lokasi tambang Tanjung Enim, dan saat ini sudah memasuki tahap konstruksi. Di samping itu, PTBA telah mengelola 2 x 120MW yang ada di PT Bukit Pembangkit Innovative (BPI), serta mengoperasikan 3 x 10MW dan 2 x 8MW untuk kepentingan perseroan.

“Kalau sudah bisa mengoperasikan PLTU dengan baik, maka ada peluang bagi kami ditunjuk langsung oleh PLN (PT Perusahaan Listrik Negara) untuk memperluas kapasitas,” ujarnya

Selain itu, Bukit Asam akan mengembangkan industri turunan (downstream industries) alias gasifikasi batu bara. Produk-produk turunan batu bara yang akan diproduksi perseroan di antaranya Dimethyl Ether (DME), metanol, hingga pupuk urea.

Saat ini, perusahaan masih mengembangkan transportasi batu bara yang dimiliki. Baik bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai penyedia angkutan kereta api yang eksisting, maupun melakukan pengembangan kerja sama dengan pihak lain.

EBT dan Manajemen Karbon

Lebih lanjut, Suryo menjelaskan, Bukit Asam juga akan masuk pada industri EBT. Hal ini merupakan bagian dari strategi perseroan untuk menyikapi tren dunia terkait kepedulian lingkungan serta mempertimbangkan kebijakan bauran energi.

Untuk mendorong hal tersebut, Suryo juga tengah melirik bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Manurut dia, saat ini PTBA memiliki lahan yang luas mencapai 94.000 hektare.

“Ini bisa menjadi modal utama. Lokasi bekas penambangan milik perseroan bisa digunakan untuk membangun PLTS,” kata dia.

Menurut dia, hal ini merupakan salah satu keuntungan perseroan karena tidak perlu lagi mengeluarkan investasi besar dalam membangun PLTS, seperti pembebasan lahan. Pasalnya, lahan-lahan bekas tambang tersebut telah dimiliki oleh perseroan

“Itu lah kekuatan perseroan dalam mengembangkan EBT dengan cara mendirikan sejumlah PLTS di sejumlah lahan bekas tambang,” imbuhnya.

Selain PLTS, perseroan juga akan masuk pada bisnis biofuel melalui anak usaha yang fokus pada perkebunan. Saat ini, PTBA mengklaim mempunyai izin hak guna usaha (HGU) atas 8.000 hektare lahan kebun kelapa sawit yang berada di Sumatra Selatan. Nantinya, hasil perkebunan kelapa sawit ini akan dikembangkan menjadi produk-produk biodiesel.

Sementara, untuk menambah daya saing produk batu bara PTBA ke depan, perseroan akan membidik bisnis manajemen karbon. Seperti diketahui, transaksi emisi karbon dunia tengah berkembang dan memiliki peluang yang cukup baik.

“Kami bisa melakukan sejumlah kegiatan untuk mereduksi emisi karbon dengan cara memilih tanaman-tanaman yang dapat menyerap emisi karbon di udara pada proses reboisasi lahan,” tutur dia.

PTBA juga berencana menggunakan teknologi ramah lingkungan dalam menjalankan operasional perusahaan serta mentransformasi alat-alat tambang yang tadinya menggunakan bahan bakar minyak (BBM), menjadi berbasis elektrik. (LRD)