Pesawat Garuda Indonesia (GIAA)
BUMN

Bos InJourney Buka Suara Soal Kelanjutan Merger Garuda Indonesia (GIAA)

  • Rencana integrasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIIA) ke dalam holding BUMN aviasi dan pariwisata, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney, hingga kini masih belum memiliki kepastian waktu pelaksanaan.
BUMN
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA - Rencana integrasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIIA) ke dalam holding BUMN aviasi dan pariwisata, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney, hingga kini masih belum memiliki kepastian waktu pelaksanaan.

Direktur Pemasaran dan Program Pariwisata InJourney, Maya Watono, mengungkapkan bahwa pihaknya belum dapat memastikan kapan Garuda Indonesia akan resmi bergabung dengan InJourney. 

“Namun, untuk waktu pelaksanaannya, kami belum tahu kapan periode tersebut akan terjadi,” katanya pasca penandatanganan kerja sama antara InJourney dan Thai Airways di Sarinah, Jakarta Pusat, pada Senin, 19 Agustus 2024.

Meskipun demikian, Maya menegaskan bahwa integrasi Garuda Indonesia ke dalam InJourney akan segera terwujud. Dia menambahkan bahwa rencana tersebut sejalan dengan buku putih perusahaan yang menjadikan integrasi ini sebagai salah satu pilar utama dalam pengembangan bisnis dan ekosistem pariwisata di Indonesia.

Saat ini, InJourney menaungi beberapa perusahaan, termasuk PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports), PT Hotel Indonesia Natour (InJourney Hospitality), PT Sarinah, dan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (InJourney Destination Management).

Selain itu, pemerintah juga telah menyerahkan mayoritas saham pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau InJourney Tourism Development Corporation (ITDC), kepada perusahaan ini.

Sebelumnya Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, menyatakan bahwa proses integrasi maskapai penerbangan nasional (flag carrier) ke InJourney diperkirakan akan rampung sebelum Oktober 2024. 

Integrasi ini, kata Irfan, dilakukan secara bersamaan dengan merger anak usaha Garuda, yaitu maskapai penerbangan berbiaya rendah (low cost carrier) PT Citilink Indonesia, dengan PT Pelita Air Service, anak usaha PT Pertamina (Persero).

Setelah proses merger selesai, kedua maskapai tersebut juga akan diintegrasikan ke dalam InJourney. Dengan langkah ini, seluruh maskapai penerbangan yang dimiliki oleh negara akan sepenuhnya terintegrasi di bawah holding BUMN aviasi dan pariwisata.

Irfan menjelaskan bahwa ada banyak isu yang perlu dibahas dalam proses integrasi dengan InJourney ini, termasuk masalah legal, valuasi, dan ekuitas Garuda Indonesia yang masih negatif.

Dia juga menyebutkan rencana pemerintah dan Kementerian BUMN terkait industri aviasi domestik, serta pembahasan mengenai jumlah pesawat terbang di Indonesia, harga tiket, dan bisnis penerbangan tidak berjadwal yang juga dijalankan oleh Pelita Air.