<p>Semen Tiga Roda milik PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk. / Facebook @harmoni3roda</p>
Industri

Bos Indocement Beberkan Skenario Terbaik dan Terburuk di 2021

  • JAKARTA – Emiten semen Grup Salim, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) telah mempersiapkan skenario terbaik dan terburuk untuk menyongsong 2021. Kedua skenario ini punya potensi yang sama besarnya tergantung kondisi perekonomian nasional dan pandemi COVID-19. Direktur Utama Indocement Christian Kartawijaya menungungkapkan, dalam kasus terburuk, konsumsi semen domestik hanya akan tumbuh 1%-2% tahun depan. Hal […]

Industri
Fajar Yusuf Rasdianto

Fajar Yusuf Rasdianto

Author

JAKARTA – Emiten semen Grup Salim, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) telah mempersiapkan skenario terbaik dan terburuk untuk menyongsong 2021. Kedua skenario ini punya potensi yang sama besarnya tergantung kondisi perekonomian nasional dan pandemi COVID-19.

Direktur Utama Indocement Christian Kartawijaya menungungkapkan, dalam kasus terburuk, konsumsi semen domestik hanya akan tumbuh 1%-2% tahun depan. Hal ini sudah memperhitungkan potensi adanya pandemi COVID-19 yang belum dapat dikendalikan dan kemungkinan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jika kasus positif memasuki gelombang kedua.

Skenario terbaiknya, pertumbuhan konsumsi semen domestik bakal tumbuh 4%-5%. Pertumbuhan tersebut telah memperhitungkan dengan kondisi konsumsi semen domestik yang tahun ini sudah turun cukup drastis.

“Namun pada masa COVID-19 seperti ini, mungkin tidak akan mencapai 2 digit tersebut. Tetapi paling di 4%-5% sudah base case,” ungkap Christian dalam paparan publik, dinukil Jumat, 13 November 2020.

Sementara itu, Direktur Indocement David Jonathan Clarke memprediksi, kinerja keuangan perseroan tahun depan masih sangat fluktuatif. Situasinya tergantung bagaimana proyeksi kinerja ekonomi nasional dan dunia tahun depan.

Dia mempredksi, margin Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) perseroan pada 2021 bakal berada di bawah level 20%. Hal tersebut dipengaruhi oleh posisi pasar keuangan dan juga harga batu bara tahun depan.

Pada 2022, margin EBITDA Indocement diprediksi bakal tumbuh hingga ke pertengahan level 20%. Itu dipengaruhi oleh insiatif penghematan biaya yang dilakukan perseroan. Termasuk dengan penggunaan batu bara dengan calorific rendah, pemanfaatan bahan alternatif, dan program digitalisasi perseroan.

“Tetapi situasi saat ini cukup stabil karena telah selesainya pemilihan Presiden Amerika Serikat yang baru, yang memberikan pengaruh pada forex,” tutur Clark.

Dari sisi deviden, Clark memastikan bahwa perseroan bakal tetap membayarkan deviden seperti tahun-tahun sebelumnya. Perseroan, kata dia, juga bakal menjaga neraca keuangan perseroan tetap stabil kendati tengah dalam tekanan.

“Dan mempelajari setiap potensi yang ada agar mengetahui apa yang dapat dilakukan ke depannya,” pungkas Clark.