Bos KFC Indonesia (FAST) Ungkap 7 Faktor Penyebab Kerugian Ratusan Miliar
- PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) ungkapkan tujuh faktor penyebab kerugian besar, termasuk boikot, gangguan pasokan, dan daya beli turun. Akibatnya, 47 gerai KFC ditutup dan 2.274 karyawan diberhentikan.
Korporasi
JAKARTA - Manajemen restoran pengelola jaringan KFC, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), mengungkapkan ada tujuh faktor utama yang menyebabkan perusahaan mengalami kerugian hingga harus menutup banyak gerai.
Direktur FAST, Wahyudi Martono, menjelaskan beberapa faktor negatif yang mempengaruhi kinerja perusahaan pada 2023 hingga 2024. Pertama, dia menyebutkan adanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang berdampak pada seruan boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi dengan Israel.
KFC, sebagai merek asal AS, dianggap mendukung aksi Israel di Palestina. "Seruan boikot ini menyebabkan penurunan signifikan pada pendapatan kami di akhir kuartal 2023 yang berlanjut hingga 2024," kata Wahyudi dalam Public Expose, pada Jumat, 29 November 2024.
- Start Up Masa Depan Hanya Butuh 1 Karyawan dan Ribuan GPU AI
- Bitcoin Covered Call ETF: Inovasi Baru dalam Investasi Kripto?
- WIKA dan WSKT Kompak Jual Aset Jalan Tol, Apa Alasannya?
Kedua, gangguan dalam rantai pasokan yang menyebabkan volatilitas harga komoditas, serta perubahan iklim ekstrim di beberapa kawasan yang membatasi produksi komoditas. Ketiga, kenaikan harga komoditas pangan global yang turut menyebabkan mahalnya bahan baku untuk produksi. "Dampaknya adalah terjadinya tekanan inflasi pada bahan baku yang harus kami beli," ujarnya.
Keempat, persaingan yang semakin ketat dengan Quick Service Restaurants (QSR) lainnya, baik lokal maupun global, yang tidak mengalami boikot seperti KFC. Kelima, kenaikan upah minimum secara nasional yang tidak dapat diimbangi dengan penyesuaian harga menu.
"Seperti kita ketahui, kami memutuskan untuk tidak menaikkan harga pada kuartal IV-2023 hingga sekarang di 2024, sehingga kami tidak dapat mentransfer kenaikan upah minimum tersebut, yang berdampak pada kami," katanya.
Keenam, kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mengakibatkan harga bahan baku impor meningkat. Meskipun dampaknya tidak signifikan, kenaikan kurs tetap dirasakan perusahaan, mengingat beberapa bahan baku seperti marinasi masih diimpor.
Terakhir, ketujuh, penurunan daya beli masyarakat yang menyebabkan berkurangnya transaksi pembelian. Kendati begitu, kata Wahyudi, manajemen FAST tetap optimistis dapat memperbaiki kinerja perusahaan. Salah satu harapan adalah peningkatan produktivitas penjualan yang didorong oleh teknologi digital, seperti aplikasi KFCku, Pay n Pick, dan layanan Drive-thru.
- Anomali PKS: Punya Kader Militan Tapi Keok di Kandang Sendiri
- Proyek Tangguh UCC Kantongi Keputusan Investasi Rp56,5 Triliun
- Sejak Muncul hingga Saat Ini, Pengembalian Investasi Bitcoin Capai 13 Miliar Persen
Selain itu, perusahaan juga menjalin kerja sama yang lebih intensif dengan agregator untuk meningkatkan transaksi online, dengan program promosi menarik serta fokus pada kualitas produk, kebersihan, dan pelayanan demi mencapai 100% Operational Excellence (OE).
Hingga kuartal III-2024, KFC Indonesia mencatatkan rugi bersih sebesar Rp557,08 miliar. Kerugian tersebut berimbas pada keputusan perusahaan untuk menutup 47 gerai KFC hingga September 2024, yang tersebar di Sulawesi (3 gerai), Bali (1 gerai), Jawa (39 gerai), dan Sumatera (4 gerai).
Dalam laporan yang disampaikan pada Public Expose ini, emiten bersandikan FAST mengungkapkan bahwa jumlah gerai yang beroperasi sebanyak 715 pada 30 September 2024, turun dari 762 gerai pada 31 Desember 2023.
Penutupan gerai ini juga berimbas pada efisiensi karyawan, dengan pengurangan sebanyak 2.274 orang, sehingga jumlah karyawan saat ini menjadi 13.715 hingga 30 September 2024, dibandingkan dengan 15.989 orang pada 31 Desember 2023.