Bos OVO: Fintech Jangan Hanya Inovatif, Tapi Harus Protektif
- Berkembang menjadi salah satu raksasa fintech di Indonesia, PT Visionet Internasional (OVO) dituntut tak hanya lihai dalam berninovasi, melainkan juga memproteksi pengguna dari berbagai isu keamanan digital
Fintech
JAKARTA – Berkembang menjadi salah satu raksasa fintech di Indonesia, PT Visionet Internasional (OVO) dituntut tak hanya lihai dalam berninovasi, melainkan juga memproteksi pengguna dari berbagai isu keamanan digital.
Presiden Direktur OVO, Karaniya Dharmasaputra mengakui, industri fintech menghadapi dua situasi sekaligus yakni rasio inklusi keuangan yang mencapai 76%. Di sisi lain, literasi finansial masih tertinggal jauh di level 30%.
- Tertarik Garap Sektor Produktif, Kredivo Catat 25 Persen Pinjaman untuk Modal Usaha
- Unicorn Asal Hongkong, WeLab Caplok Bank Jasa Jakarta Untuk Jadi Bank Digital
- Konglomerasi Ramai-Ramai Masuk ke Fintech, Apa Sebab?
Menurutnya, saat ini masih ada pekerjaan rumah bagi industri fintech untuk memperkecil gap antara adopsi dan literasi digital. Buktinya, sambung dia, masih banyak yang tertipu beragam jenis fintech ilegal yang menjamur.
“Inovasi penting, tapi sekarang bagaimana fintech mulai meningkatkan upaya untuk menguatkan proteksi untuk pengguna. Maka di Bulan Fintech ini tema besarnya bukan lagi inovasi, tapi soal menyeimbangkannya dengan proteksi,” kata Karaniya dalam Fintech Talk 2021, Selasa 7 Desember 2021.
Sebab, kata dia, industri fintech sangat bergantung pada kepercayaan masyarakat. Untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat, maka perusahaan fintech tak hanya menjual inovasi tapi sistem keamanan yang mumpuni.
“Kalau boleh pinjam punya Bank Indonesia, kita ini harus Cemumua, alias cepat, mudah, murah, dan aman.”