Masih Cari Mitra Proyek Abadi Masela, SKK Migas Sebut Investasi CCUS Butuh Dana Hingga Rp19,34 Triliun
Nasional

Bos SKK Migas: Sulit Prediksi Harga Minyak 2023 di Tengah Kondisi Penuh Dinamika

  • Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membongkar skenario perkiraan harga minyak pada 2023.
Nasional
Debrinata Rizky

Debrinata Rizky

Author

JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membongkar skenario perkiraan harga minyak pada 2023.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, dalam kondisi yang penuh dinamika terkait sejumlah isu perekonomian dunia membuat harga minyak dunia pada 2023 akan sulit diprediksi.

"Ini semua penuh dinamika, memang sulit memprediksi. Ada beberapa skenario kita di angka US$90 per barel di 2023, boleh jadi akan turun bila ada pelemahan ekonomi," ungkapnya saat konferensi pers pada Senin 17 Oktober 2022.

Soetjipto tak menampik adanya kekhawatiran terhadap ancaman resesi dunia mulai terlihat dengan mulai meningkatnya inflasi secara global, yang dipicu oleh tingginya harga energi dan pangan.

Namun faktor lain karena ada pemangkasan produksi minyak oleh negara-negara tergabung dalam OPEC+, sehingga membuat harga masih bisa ditahan pada posisi tinggi hingga sekarang dan sulit memprediksinya.

Berdasarkan data dari IHS Markit yang dipaparkannya SKK Migas, harga minyak pada skenario dasar (base case) pada 2023 diperkirakan berada di posisi US$90 hingga US$110 per barel.

Adapun harga ini merupakan asumsi ekspor minyak Rusia masih rendah, atau berkurang sebanyak 1-3 juta barel per hari (bph) dan pertumbuhan permintaan minyak dunia 2,5 juta bph pada 2022 sementara ada sebanyak 2,6 juta bph pada 2023.

Soetjipto mengatakan dengan permintaan minyak global di bawah kapasitas produksi, ekspor minyak Rusia lebih rendah, dan cadangan yang dijaga tipis bisa menjaga Dated Brent di sekitar US$90 - US$ 110 per barel untuk sisa tahun 2022 ini dan 2023.

Sebaliknya jika suplai minyak berlebih, namun terjadi pelemahan ekonomi akibat resesi, maka permintaan minyak diperkirakan akan turun dan berdampak pada turunnya harga minyak pada 2023 menjadi US$70 - US$80 per barel. Adapun asumsi IHS Markit memprediksi harga minyak berada di kisaran US$73 per barel pada 2023 dari US$97 per barel pada 2022.