Kereta Cepat Whoosh saat berhenti di Stasiun Halim, Sabtu 28 Oktober 2023 (Foto: Khafidz Abdulah/ Trenasia)
Korporasi

Bos WIKA Curhat Soal Kereta Cepat jadi Penyebab Bengkaknya Kerugian

  • Emiten konstruksi plat merah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) secara terbuka menyatakan bahwa proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung adalah salah satu faktor penyebab peningkatan kerugian sepanjang 2023 menjadi Rp7,13 triliun.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Emiten konstruksi plat merah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) secara terbuka menyatakan bahwa proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung adalah salah satu faktor penyebab peningkatan kerugian sepanjang 2023 menjadi Rp7,13 triliun.

Direktur Utama Wijaya Karya, Agung Budi Waskito, menyatakan bahwa ada dua faktor yang berkontribusi pada kerugian perusahaan pada tahun 2023, yaitu tingginya beban bunga dan beban operasional lainnya. Salah satu penyebabnya adalah kerugian yang dialami oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).

Sebagai informasi, PSBI merupakan anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, yang memiliki 60% saham dalam PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). WIKA, sebagai salah satu pemegang saham PSBI, memiliki kepemilikan saham sebesar 38%.

“Di dalam laporan tadi ada dua komponen yang pertama adalah beban bunga yang cukup tinggi, kedua adalah beban lain-lain di antaranya mulai tahun 2022 kami sudah mencatat adanya kerugian dari PSBI atau kereta cepat yang tiap tahun juga cukup besar,” ujarnya saat Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, dikutip Selasa, 9 Juli 2024. 

Agung mengungkapkan bahwa WIKA telah mengalokasikan dana signifikan untuk proyek tersebut. Perseroan telah menyumbangkan sekitar Rp6,1 triliun sebagai modal setoran ke PSBI atau konsorsium Indonesia yang menjalankan proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung.

"Memang yang paling besar adalah dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung, di mana hanya untuk penyertaan modalnya saja sudah mencapai Rp6,1 triliun. Selain itu, ada dana sekitar Rp5,5 triliun yang masih dalam sengketa atau belum dibayar, sehingga totalnya hampir mencapai Rp12 triliun," ungkapnya. 

Agung juga menjelaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan dana ini, WIKA terpaksa mengumpulkan modal melalui penerbitan obligasi, yang kemudian meningkatkan beban keuangan perusahaan.

"Dalam rangka memenuhi kebutuhan dana ini, WIKA harus mengambil pinjaman melalui penerbitan obligasi, terutama mengingat keterlibatan kami dalam bisnis properti yang memberikan kontribusi besar melalui Surat Hibah Lahan pada periode 2019 hingga 2022," tambah Agung. 

Berdasarkan laporan keuangannya, beban keuangan yang dihadapi WIKA mencatatkan angka sebesar Rp3,2 triliun sepanjang 2023. Nominal tersebut meningkat 133,7% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). 

Jika ditelusuri lebih lanjut, beban keuangan WIKA ini meliputi beban bunga atas utang bank dan nonbank, biaya provisi, serta biaya administrasi bank terkait perolehan pinjaman yang diterima perusahaan.

Saham WIKA Masih Moncer

Dari lantai bursa, pada perdagangan Selasa, 9 Juli 2024, pukul 15:26 WIB, saham WIKA kembali melejit 6,32% ke level Rp202 per saham. Pada perdagangan berjalan hari ini saham bumn konstruksi ini sempat bertengger di harga Rp238 per saham. 

Berdasarkan data RTI, selam satu bulan terakhir saham WIKA berhasil meningkat hingga 81,98%. Kendati begitu, secara year to date, saham WIKA terpantau masih menunjukkan pelemahan tipis sebesar 0,94%. 

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya, Mahendra Vijaya, menyatakan bahwa kenaikan harga saham perusahaan sepenuhnya merupakan hasil dinamika pasar. Menurutnya, fokus utama WIKA saat ini adalah memperbaiki keuangan dan melakukan transformasi.

"Kami fokus pada hal itu saja, terkait dengan siapa yang berinvestasi di saham WIKA dan lain-lain, semuanya merupakan mekanisme pasar," ujar Mahendra saat diwawancara di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, pada Senin, 8 Juli 2024.

Meskipun demikian, Mahendra mengakui bahwa perusahaan sempat mengundang analis dan investor untuk mengunjungi sejumlah proyek yang sedang dikerjakan oleh WIKA. Kunjungan tersebut dilakukan pada awal Juni 2024 untuk memberikan kesempatan kepada mereka melihat secara langsung kemajuan proyek perusahaan.

"Tujuannya adalah agar mereka dapat melihat bahwa aktivitas WIKA nyata. Kami mengajak mereka ke proyek IKN, Rumah Persahabatan, serta ke kantor untuk melihat implementasi digitalisasi, tata kelola, manajemen risiko, dan hal lainnya," jelas Mahendra.