BPS Catat Impor - Ekspor Kompak Turun pada Juni 2024
- Penurunan nilai ekspor didorong oleh turunnya ekspor di sektor minyak dan gas (migas) serta sektor non-migas.
Makroekonomi
JAKARTA – Kinerja ekspor Indonesia pada bulan Juni 2024 mengalami penurunan yang signifikan. Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), total nilai ekspor bulan Juni mencapai US$20,84 miliar atau sekitar Rp337 triliun (kurs Rp16.180).
Jumlah tersebut menurun sebesar 6,65% dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$22,33 miliar atau sekitar Rp361,2 trilun.
Penurunan nilai ekspor didorong oleh turunnya ekspor di sektor minyak dan gas (migas) serta sektor non-migas. Ekspor migas tercatat mengalami penurunan tajam sebesar 12,24%, dari US$1,42 miliar atau sekitar Rp22,9 triliun pada bulan Mei 2024 merosot ke angka US$1,23 miliar atau sekitar Rp19,89 triliun pada bulan Juni 2024.
Di sisi lain, ekspor non-migas juga menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Nilai ekspor non-migas turun sebesar 6,20%, dari US$20,91 miliar atau sekitar Rp338 triliun pada bulan Mei, menjadi US$19,61 miliar atau sekitar Rp317 trilin pada bulan Juni 2024.
"Ekspor non-migas juga turun sebesar 6,20% menjadi US$ 19,61 miliar," beber Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam release pers, Senin, 15 Juli 2024.
- Tersisa Rp1,5 Triliun, 2 Hal Ini Bikin BRI Setop Terbitkan Green Bond 2022
- Saham WIKA Dipantau BEI Usai Terbang Tinggi Sebulan Terakhir
- Rasio Utang 39 Persen Capai Rp8.253,09 T, Prabowo Mau Kerek Jadi 50 Persen?
Impor Turut Merosot
Penurunan kinerja ekspor dibarengi dengan penurunan nilai impor. Pada bulan Juni 2024, nilai impor mengalami penurunan signifikan sebesar 4,89% dibandingkan dengan bulan mei 2024, yaitu dari US$19,40 miliar atau sekitar Rp313,8 triliun dibulan Mei menjadi US$ 18,45 miliar atau sekitar Rp298,4 triliun.
Penurunan ini dipengaruhi oleh perbedaan dinamika antara sektor minyak dan gas (migas) dan sektor nonmigas. "Turunnya nilai impor secara bulanan disebabkan oleh penurunan nilai impor non migas dengan andil penurunan 7,58%," terang Amalia.
Meskipun nilai impor secara keseluruhan menurun, impor migas justru mencatat kenaikan yang cukup tajam.
Nilai impor migas pada bulan Juni mencapai US$3,27 miliar atau sekitar Rp52,8 triliun, meningkat 19,01% dibandingkan dengan bulan Mei. Kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan permintaan dalam negeri serta fluktuasi harga minyak global yang memengaruhi nilai impor migas.
- Tersisa Rp1,5 Triliun, 2 Hal Ini Bikin BRI Setop Terbitkan Green Bond 2022
- Saham WIKA Dipantau BEI Usai Terbang Tinggi Sebulan Terakhir
- Rasio Utang 39 Persen Capai Rp8.253,09 T, Prabowo Mau Kerek Jadi 50 Persen?
Di sisi lain, impor nonmigas mengalami penurunan yang cukup besar, yaitu 8,83%. Nilai impor nonmigas tercatat sebesar US$15,18 miliar atau sekitar Rp245,5 triliun pada bulan Juni, turun dari US$16,65 miliar atau sekitar Rp269 triliun di bulan Mei.
Penurunan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perlambatan ekonomi global, penurunan permintaan domestik, serta perubahan kebijakan perdagangan yang mempengaruhi aliran barang nonmigas ke Indonesia.
Perbedaan dinamika antara sektor migas dan nonmigas ini menunjukkan adanya perubahan pola konsumsi dan kebutuhan di Indonesia.