Pedagang mlakukan transaksi dengan pembeli di kios pasar tradisional di Jakarta, Selasa, 21 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Makroekonomi

BPS: Tren Inflasi Iduladha Tahun Ini Terendah Sejak 2019

  • Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Hari Raya Iduladha tahun ini menjadi yang terendah sejak 2019.
Makroekonomi
Chrisna Chanis Cara

Chrisna Chanis Cara

Author

JAKARTA—Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Iduladha tahun ini menjadi yang terendah sejak 2019. Hal tersebut di tengah inflasi Juni 2023 yang meningkat menjadi 0,14% secara bulan ke bulan.  

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengatakan momen Iduladha selama periode 2019-2023 cenderung memicu inflasi dengan tahun ini menjadi yang terendah. Meski demikian, ada pengecualian pada tahun 2020 yang mengalami deflasi. “Deflasi pada Juli 2020 sebesar 0,10%,” ujar Pudji dikutip dari YouTube BPS Statistics, Senin 3 Juli 2023. 

BPS mencatat tingkat inflasi pada momen Iduladha relatif lebih rendah dibanding momen Ramadan atau Idulfitri. Menurut Pudji, inflasi pada Iduladha selama tiga tahun terakhir dipengaruhi oleh komoditas makanan bergejolak (volatile food). Hal itu di antaranya daging ayam ras, telur ayam ras, bawang putih, bawang merah, cabai merah, cabai rawit dan tomat. “Didominasi komoditas volatile food,” ujarnya. 

Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahun ke tahun (year on year/yoy) sebesar 3,52% pada tingkat harga Juni 2023. Realisasi tersebut turun dibandingkan bulan Mei 2023 yang tercatat 4% (yoy). Adapun inflasi bulan ke bulan (month to month/mtm) pada Juni tercatat sebesar 0,14 persen.

Transportasi jadi Pemicu Tertinggi

Tingkat inflasi tersebut lebih tinggi ketimbang bulan Mei yang hanya 0,09%. Dikutip dari bps.go.id, Senin 3 Juli 2023, inflasi yoy terjadi karena adaya kenaikan harga yang ditunjukkan naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. 

Jika dirinci menurut kelompok pengeluarannya, inflasi terbesar terjadi pada kelompok transportasi sebesar 10,18%. Kelompok ini memberi andil sebesar 1,23% terhadap inflasi. Sedangkan berdasarkan komoditasnya, inflasi Juni dipicu bensin dengan andil 0,84%, beras 0,38%, rokok kretek filter 0,22 %, dan bahan bakar rumah tangga 0,12%.

Lebih lanjut, sebanyak 78 kota dari 90 kota yang disurvei BPS mengalami inflasi. Sebanyak 48 kota di antaranya mengalami inflasi lebih tinggi dari tingkat nasional. Adapun 12 kota lain mengalami deflasi. Inflasi yoy tertinggi terjadi di Ambon sebesar 6,10% dengan IHK sebesar 118,67 dan terendah di Gunungsitoli sebesar 1,01% dengan IHK sebesar 114,79.