Prajogo Pangestu Bos Barito Pacific
Bursa Saham

BREN Menang Tender Penambahan Kapasitas Geothermal Sebesar 102,6 MW, Bagaimana Sahamnya?

  • Peningkatan kapasitas ini dilakukan setelah Star Energy Geothermal berhasil memenangkan tender di ajang International Geothermal Conference and Exhibition 2024 (IIGCE).

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - PT Barito Renewables Tbk (BREN), yang dikendalikan oleh Prajogo Pangestu melalui Star Energy Geothermal, berencana menambah kapasitas pembangkit listrik panas bumi sebesar 102,6 MW. 

Investasi yang dibutuhkan untuk proyek ini mencapai US$346 juta. Penambahan kapasitas tersebut akan dilakukan melalui proyek retrofitting dan pengembangan baru, yang bertujuan meningkatkan efisiensi pembangkit panas bumi yang dikelola oleh Star Energy.

CEO Barito Renewables, Hendra Tan, menyatakan bahwa peningkatan kapasitas ini dilakukan setelah Star Energy Geothermal berhasil memenangkan tender di ajang International Geothermal Conference and Exhibition 2024 (IIGCE). Langkah ini juga sejalan dengan upaya Indonesia mencapai target net zero emission.

"Ini merupakan langkah strategis bagi Star Energy Geothermal dalam memperkuat infrastruktur energi terbarukan di Indonesia. Selain meningkatkan kapasitas, proyek ini juga mendorong inovasi teknologi di sektor panas bumi," ujar Hendra Tan dalam keterangan tertulis pada Kamis, 19 September 2024. 

Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas terpasang di Wayang Windu dari 230,5 MW menjadi 278,5 MW, kapasitas di Salak dari 381 MW menjadi 428,2 MW, serta kapasitas di Drajat dari 274,5 MW menjadi 281,5 MW.

Sebagai tambahan, Barito Renewables, bagian dari Barito Pacific Group, merupakan pemain terkemuka di sektor energi terbarukan di Indonesia. Melalui Star Energy Geothermal, perusahaan ini mengoperasikan pembangkit listrik geothermal dengan total kapasitas 886 MW. Selain itu, lewat Barito Wind, BREN juga memiliki pembangkit tenaga angin Sidrap di Sulawesi Selatan dengan kapasitas 75 MW.

Di pasar saham, harga saham BREN tercatat mengalami penurunan dari puncaknya di Rp11.900 pada 11 September menjadi Rp10.725 pada penutupan perdagangan kemarin di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penurunan ini terjadi menjelang masuknya BREN ke dalam FTSE Global Equity Index, kategori large cap, untuk periode September 2024.

Dari sisi kinerja keuangan, BREN membukukan laba bersih sebesar US$57,95 juta (Rp950,08 miliar), naik tipis 0,5% secara tahunan. Namun, total pendapatan turun 2,3% menjadi US$290,07 juta (Rp4,711 triliun) dibandingkan sebelumnya US$296,9 juta (Rp4,82 triliun). 

Jika dirinci, pendapatan emiten Prajogo Pangestu ini berasal dari penjualan listrik sebesar US$132,5 juta, uap US$59,99 juta, sewa operasi US$77,69 juta, dan pembiayaan US$19,81 juta.