BRI Dorong UMKM Naik Kelas Melalui Metode Inkubasi Lewat BRIncubator
rasio wirausaha dibanding jumlah warga Indonesia baru sekitar 3%. Padahal, untuk masuk kategori maju, persentase wirausaha di sebuah negara harus mencapai minimal 4%.
Industri
JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menerapkan metode inkubasi dan pembentukan ekosistem bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Tanah Air. Melalui BRIncubator, perusahaan pelat merah ini berharap dapat mendorong UMKM agar naik kelas.
Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto mengatakan, BRIncubator dijalankan dengan tujuan menyiapkan pelaku UMKM agar lebih berdaya saing dan mampu masuk ke pasar global. BRIncubator merupakan satu dari sekian banyak inisiatif BRI untuk membantu dan menumbuhkembangkan UMKM.
“Kami ingin siapkan UMKM agar lebih layak dan berdaya sehingga memiliki bargaining position lebih baik. Kegiatan ini membantu UMKM, melatih UMKM, supaya memiliki kapasitas lebih baik dan akses pasar kepada mereka,” ujar Catur dalam acara Graduation BRIncubator Go Global 2020 beberapa waktu lalu.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menilai program BRIncubator sebagai contoh baik untuk membantu pengusaha kecil. Menurutnya, inkubasi memang harus dilakukan agar semakin banyak pelaku usaha mikro dan kecil yang bisa naik kelas.
Saat ini, lanjut Teten, UMKM yang lebih bisa menyediakan kebutuhan lapangan kerja. Oleh karena itu, baginya perlu untuk mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah yang jumlahnya sekitar 800.000. Hal ini supaya struktur lebih membesar sehingga penyerapan tenaga kerja lebih besar.
“Pendekatan inkubasi untuk kita tumbuh kembangkan usaha kecil jadi menengah, dan menengah menjadi besar. Pemerintah harus menciptakan seluruh ekosistem untuk mereka tumbuh berkembang. Saya mengapresiasi BRIncubator ini,” tambahnya.
Rasio Wirausaha di Indonesia
Ia menilai, proses inkubasi juga dibutuhkan untuk mendorong lahirnya pengusaha-pengusaha baru di Indonesia. Kehadiran wirausahawan baru menjadi penting karena saat ini jumlah pengusaha di Indonesia masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga.
Teten mengungkapkan, saat ini rasio wirausaha dibanding jumlah warga Indonesia baru sekitar 3%. Padahal, untuk masuk kategori maju, persentase wirausaha di sebuah negara harus mencapai minimal 4%.
Oleh karena itu, ia bilang saat ini pemerintah sudah mulai melakukan dukungan secara intensif agar semakin banyak wirausaha baru yang muncul di seluruh pelosok negeri. Teten juga menegaskan, anak-anak muda tidak boleh kesulitan mengembangkan idenya untuk masuk ke tahap industri dan komersialisasi.
“Kita perlu seperti itu, karena berhubungan dengan ekspor ini banyak persyaratan yang tidak mungkin dipenuhi usaha mikro, maka saya kira kemitraan harus dilakukan. Kita harus bisa membawa ke global produk-produk yang unggul secara domestik,” paparnya.
Pembiayaan dan Teknologi
Pada kesempatan yang sama, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, ada dua unsur yang penting dalam membentuk ekosistem UMKM berkelanjutan, yakni pembiayaan dan teknologi.
Ia berpandangan, adopsi teknologi memegang peran penting agar pelaku usaha kecil memiliki akses pasar yang lebih luas, dan daya saing. Dengan digitalisasi ini lah para pelaku UMKN dapat membuka akses pasar.
“Ini pentingnya teknologi kalau diterapkan dalam bisnis, terutama UMKM. UMKM bisa pakai teknologi yang low cost, mudah dan sesuai bisnis lokal. UMKM butuh eksposur terhadap digitalisasi,” ucap Bambang.
Ia menganggap program BRIncubator sebagai contoh gerakan bagus untuk memperbanyak jumlah pengusaha di Indonesia. Jika jumlah wirausahawan sudah perlahan meningkat, maka kualitas mereka juga harus ditingkatkan menggunakan penerapan teknologi mulai dari tahap produksi hingga distribusi. (SKO)