Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Tangerang, Kamis 29 Juli 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

BRI Janjikan Payout Dividen Lebih dari 50 Persen, Demi Capai Target Jokowi?

  • Pengamat Perbankan Paul Sutaryono menilai target Jokowi tersebut memang memaksa perusahaan pelat merah meningkatkan kinerja.
Korporasi
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA - Target tinggi Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap kontribusi dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berimplikasi terhadap peningkatan payout ratio perusahaan pelat merah. Terbaru, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjanjikan dividend payout ratio lebih dari 50% usai gelaran aksi rights issue.

“Nanti dapat peluang pertumbuhan seperti itu, pasti revenue-nya kan ikut naik, income-nya ikut naik,” ujar Sunarso dalam keterangan tertulis, Rabu, 1 September 2021.

Pengamat Perbankan Paul Sutaryono menilai target Jokowi tersebut memang memaksa perusahaan pelat merah meningkatkan kinerja. Apalagi, 90% dividen BUMN masih terpusat di lima perseroan saja.

“Sejatinya, setoran deviden dari BUMN kepada pemerintah itu sebetulnya bisa naik turun. Itu tergantung pada permintaan pemerintah sebagai pemegang saham,” ujar Paul kepada TrenAsia.com, Rabu, 1 Agustus 2021.

Usai gelaran rights issue, Negara Republik Indonesia menggenggam 4,3 miliar lembar atau setara 61,75% dari total saham BBRI. DI sisi lain, BBRI tercatat sebagai kontributor utama dari pos penerimaan Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) dividen BUMN.

“Jadi, kenaikan dividen BRI itu terkait dengan hal itu (kenaikan target dividen). Apalagi bank pemerintah itu nomor wahid menurut total aset dan laba,” jelas Paul.

BRI menyumbang Rp11,7 triliun kepada kas negara dari dividen tahun buku 2019 yang dibagikan pada 2020. Nilai itu setara 26,4% dari total penerimaan negara atas dividen BUMN yang sebesar Rp44,6 triliun.

Berpotensi Meningkat

Tren ini disebut Paul berpotensi mengingat BRI mengalami pertumbuhan laba bersih yang positif pada paruh pertama tahun ini. Bank pelat merah itu membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 22% year on year (yoy) pada semester I-2021. Laba bersih bank yang fokus pada pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ini naik dari Rp10,20 triliun pada semester I-2020 menjadi Rp12,44 triliun pada semester I-2021.

Capaian in membuat laba per saham (earning per share) BBRI terbang dari Rp83 pada semester I-2020 menjadi Rp102 per lembar pada semester I-2021. Laba bersih bank only BRI yang stabil ini ditopang oleh keberhasilan BRI meredam beban bunga pada paruh pertama tahun ini.

Pendapatan bunga BRI merangkak naik 9,21% yoy menjadi Rp58,55 triliun dari sebelumnya Rp53,16 triliun pada semester I-2020. Kendati demikian, beban bunga perseroan justru merosot 34,42% yoy dari Rp18,60 triliun menjadi Rp12,20 triliun.

Dari segi intermediasi bank, BRI mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp929,40 triliun atau naik tipis 0,70% secara tahunan. Lebih rinci, kredit itu terdiri dari segmen mikro Rp336,56 triliun, kecil dan menengah Rp236,82 triliun, korporasi Rp145,94 triliun, dan konsumer Rp180,08 triliun.

Meski begitu, BRI mencatat rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross sebesar 3,30%. Angka itu hanya berselisih tipis dari NPL gross perbankan nasional pad Juni 2021 yang sebesar 3,24%.

BRI pun menyiapkan NPL coverage atau pencadangan sebesar 254,85% atau 2,5 kali lipat dari total NPL Gross. Catatan atas kinerja BRI tidak hanya ada pada NPL yang merangkak naik, tapi juga penurunan nilai aset.

Ditinjau dari entitas tunggal, total aset BRI pada semester I-2021 ini tergelincir. Nilai aset BRI mengalami penurunan tipis dari Rp1.421,78 triliun pada akhir 2020 menjadi Rp1.411,62 pada akhir Juni 2021.

Meski begitu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI masih berhasil tumbuh tipis 2,33% menjadi Rp1.096,45 triliun pada semester I-2021. Dana itu terdiri dari tabungan Rp461,70, giro sebesar Rp191,39 triliun, deposito Rp443 triliun.

Adapun Capital adequacy ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal BRI per akhir Juni 2021 berada di level 19,98% atau dua kali lipat lebih tinggi dari batas bawah yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 8%. Sementara likuiditas BRI masih terjaga dengan nilai Loan to deposit ratio (LDR) 84,77%.