Logo BRI di Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Jl Jend Sudirman Jakarta Pusat. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Finansial

BRI Kantongi Untung Rp29 Triliun Tapi Aset Susut Rp60 Triliun dalam 6 Bulan, Ini Penyebabnya!

  • PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melaporkan terjadinya penurunan aset lebih dari Rp 60,50 triliun selama 6 bulan.

Finansial

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melaporkan terjadinya penurunan aset perusahaan lebih dari Rp 60,50 triliun selama 6 bulan pertama 2023. Sumber utama penyebab penurunan aset BRI adalah terpangkasnya dana pihak ketiga di bank BUMN ini.

Laporan keuangan BRI per 30 Juni 2023 mencatat total simpanan nasabah dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito sebesar Rp1,245 triliun, turun dibandingkan dengan 31 Desember 2022 yang masih Rp1,307 triliun.

Penurunan dana pihak ketiga (DPK) terbesar BRI berasal dari simpanan giro yang turun menjadi Rp298,30 triliun dibandingkan dengan akhir 2022 sebesar Rp 349,75 triliun. 

Posisi tabungan juga turun tipis dari Rp522,64 triliun menjadi Rp517,11 triliun. Sedangkan nilain simpanan dalam bentuk Deposito Berjangka susut menjadi Rp429,69 triliun daripada Rp435,48 triliun di penutup tahun 2022.

Dari laporan keuangan yang sama terungkap bahwa sebagian besar penurunan simpanan di BRI berasal dari nasabah-nasabah korporasi. Dalam penjelasannya, pada catatan 41 segmen operasi, manajemen BRI menyatakan bahwa simpanan korporasi tergerus hingga sekitar Rp 49,85 triliun.

Di akhir tahun kemarin simpanan nasabah korporasi masih Rp464,08 triliun, dan menciut menjadi Rp414,23 triliun per 30 Juni 2023.

Banyaknya simpanan korporasi yang ditarik nasabah ini berbanding terbalik dengan kinerja kredit korporasi BRI yang memberikan untung besar bagi perseroan.

Sampai semester I-2023, sektor korporasi BRI menyumbang laba bersih sebesar Rp5,23 triliun. Jumlah ini setara dengan 17,7% dari total laba bersih perseroan periode ini sebesar Rp29,56 triliun.  

Sebagai perbandingan, pada semester I-2022, kontribusi laba bersih segmen korporasi hanya Rp1,55 triliun dari total laba perusahaan sebesar Rp 24,87 triliun atau sekitar 6,3%.

Salah satu faktor melonjaknya kinerja korporasi BRI ini adalah berkurangnya beban cadangan kerugian penurunan nilai atau CKPN. Jika pada semester I-2022 sektor koporasi terkena beban CKPN senilai Rp1,10 triliun, pada periode sama tahun ini terjadi pembalikan cadangan tersebut, sehingga memberikan pendapatan sebesar Rp3,34 triliun.

Pendapatan tambahan ini juga sejalan dengan penerimaan kembali aset yang telah dihapusbukukan oleh manajemen BRI senilai Rp6,69 triliun. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp5,08 triliun.  

Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan, pada semester I-2023, laba bersih perseroan tumbuh 18,83% menjadi sebesar Rp29,56 triliun. “Selama enam bulan mampu membukukan laba sebesar Rp29,56 triliun yang artinya tumbuh tahunan 18,83 persen kinerja BRI sangat baik, solid, dan profitable,” kata Sunarso dalam Press Conference di Jakarta, 30 Agustus 2023.

Total kredit yang disalurkan BRI ke sektor korporasi mencapai Rp 186,59 miliar per semester I-2023. Dari jumlah itu, sekitar Rp 70,62 triliun mengalir ke sejumlah BUMN dan pihak yang berelasi dengan perseroan.

Contohnya, kepada PT Pertamina (Persero), BRI mengucurkan kredit sebesar Rp 9,41 triliun, PT PLN (Persero) Rp 8,09 triliun, Perum Bulog Rp 6,07 triliun, PT Waskita Karya (Persero) Tbk Rp 4,49 triliun dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI senilai Rp 3,07 triliun.

Kredit ke Garuda

Selain kepada korporasi tersebut, BRI juga memiliki kredit kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang tahun lalu melakukan restrukturisasi kredit dengan seluruh krediturnya.

Dalam catatan 11 tentang kredit yang diberikan, manajeman BRI menyampaikan, pada 31 Desember 2022, nilai tercatat kredit yang diberikan kepada Garuda setelah memperhitungkan kerugian modifikasi akibat restrukturisasi adalah sebesar Rp945,18 miliar. Nilai ini akan terpulihkan secara bertahap sesuai dengan konsep akuntansi setelah tanggal restrukturisasi hingga tanggal jatuh tempo.

BRI juga mencatat kerugian modifikasi sebesar Rp3,25 triliun yang dicatat pada akun pendapatan bunga. BRI tetap memiliki nilai tagih atas kredit yang diberikan kepada Garuda sebesar Rp4,61 triliun sesuai nilai kontraktual pinjaman sebagaimana tercantum dalam perjanjian perdamaian yang telah dihomologasi oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Adanya putusan tersebut membuat kredit kepada Garuda tidak terdapat penghapusan (haircut) jumlah tagihan pokok dan bunga yang ditangguhkan oleh BRI.