Gedung Bank Rakyat Indonesia (BRI) di kawasan Sudirman, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Perbankan

BRI Optimistis Capai Target Penyaluran KUR Rp165 Triliun pada 2024

  • Target KUR yang disalurkan BRI pada tahun ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan target tahun lalu yang mencapai Rp194,4 triliun.

Perbankan

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Emiten perbankan plat merah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI menetapkan target alokasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) 2024 sebesar Rp165 triliun.

Namun, target KUR yang disalurkan BRI pada tahun ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan target tahun lalu yang mencapai Rp194,4 triliun. Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI telah menargetkan penyaluran KUR untuk 2024 sebesar Rp300 triliun. 

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menyatakan komitmen perusahaan untuk mencapai target tersebut. Hal ini didasarkan pada keberhasilan BRI dalam memiliki infrastruktur yang memadai dan sumber pertumbuhan baru melalui Ekosistem Ultra Mikro yang dibangun bersama Pegadaian dan PNM.

“Dari sisi infrastruktur, saat ini BRI telah memiliki BRISPOT yang terus dioptimalisasikan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan tenaga pemasar (mantri). Selain itu kami juga akan mengoptimalkan potensi dari ekosistem model bisnis baru seperti PARI dan Localoka,” kata Supari dalam keterangan resmi, pada Jumat, 12 Januari 2024. 

Asal tahu saja, pada 2023 BRI berhasil menyalurkan KUR sebesar Rp163,3 triliun kepada 3,5 juta debitur. Mayoritas alokasi KUR BRI digunakan untuk sektor produksi, mencapai proporsi sebesar 57,38%.

Oleh seban itu, lanjut Supari, saat ini BRI juga telah memiliki sumber pertumbuhan baru melalui Holding Ultra Mikro, yang diyakini dapat mendorong penyaluran KUR kepada masyarakat basis atau grassroot.

“Dalam 2 tahun, integrasi dari ekosistem ultra mikro tersebut berhasil memberikan akses pembiayaan, literasi keuangan dan pemberdayaan kepada lebih dari 37 juta nasabah peminjam dan 165 juta rekening tabungan mikro," ujar Supari.

Di samping itu, penciptaan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan masyarakat dan perekonomian grass root juga tercipta dari ekosistem ini, salah satunya terbukti dari peningkatan 1 juta debitur ultra mikro yang naik kelas ke segmen mikro.

"Pendekatan oleh integrasi ekosistem ultra mikro ini dapat menjadi role model untuk menaikkelaskan pelaku usaha di ekonomi grass root secara terstruktur dan berkelanjutan (sustain),” imbuh Supari.

Secara umum, ekosistem ultra mikro ini mampu membuka akses keuangan dan memberikan customer experience yang baik terhadap layanan keuangan yang di-customize sesuai dengan kebutuhan nasabah ultra mikro.

Hasilnya masyarakat segmen ultra mikro yang belum terlayani keuangan formal di Indonesia turun dari 30 juta orang di tahun 2018 menjadi hanya sekitar 9 juta pada tahun 2023.