BRI Pangkas Suku Bunga Kredit, Non-KPR Paling Lega
Seiring dengan penurunan suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI) menjadi 3,5%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk alias BBRI juga kembali menurunkan suku bunga dasar kredit (SBDK) untuk semua segmen yang berlaku sejak 28 Februari 2021.
Ekonomi, Fintech & UMKM
JAKARTA – Seiring dengan penurunan suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI) menjadi 3,5%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk alias BBRI juga kembali menurunkan suku bunga dasar kredit (SBDK) untuk semua segmen yang berlaku sejak 28 Februari 2021.
Direktur Utama BRI, Sunarso menjelaskan penurunan SBDK kali ini berkisar antara 150 bps hingga 325 bps. Dengan demikian, sejak 2020, BRI telah menurunkan suku bunga sebesar 75 bps hingga 150 bps.
- Online Trends are Booming (Serial 1): Exploring the Drivers of Indonesia’s Digital Economy
- UGM Jadikan Wisma Kagama dan UC Hotel Sebagai Selter COVID-19
- Bangun Infrastruktur Baru, Google Perluas Layanan Cloud di India
Bahkan khusus untuk restrukturisasi keringanan suku bunga, penurunannya menyentuh 300 bps sampai 500 bps.
“Kebijakan ini bagian dari mendukung percepatan pemulihan ekonomi,: ungkap Sunarso dalam keterangan resmi, Selasa, 2 Maret 2021.
Berdasarkan segmentasinya, penurunan SBDK terbesar jatuh pada kredit konsumer non-KPR yakni 3,2%. Sehingga, SBDK non-KPR menjadi 8,75% dari semula 12%.
Sementara SBDK KPR turun 2,65% menjadi 7,25% dari sebelumnya 9,90%. Untuk segmen mikro turun 2,5% menjadi 14% dari 16,50%.
Sedangkan kredit korporasi turun 1,95% menjadi 8% dari 9,95%. Terakhir, kredit ritel turun 1,5% menjadi 8,25% dari semula 9,75%.
Sunarso juga menjelaskan, penurunan ini bukan hanya mengacu pada kebijakan bank sentral, melainkan perseroan sendiri telah berhasil menurunkan beban biaya dana (cost of fund). Selain itu, efisiensi perusahaan juga meningkat karena digitalisasi.
Meski SBDK sudah turun, Sunarso mengakui hal tersebut bukan menjadi satu-satunya variabel pendorong kredit.
Berdasarkan analisis ekonometrika, variabel paling sensitif alias yang memiliki elastisitas tertinggi terhadap permintaan kredit adalah peningkatan konsumsi rumah tangga.