<p>Pewarta memperhatikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jum&#8217;at, 25 September 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

BRIS Jadi Surviving Bank Syariah BUMN, Saham Publik Bakal Terdilusi

  • Head of Research Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menjelaskan, skema merger perusahaan go public biasanya akan dilakukan dengan penerbitan saham baru. Dengan cara itu, otomatis perusahaan yang dimasukkan ke dalam bagian mergernya harus membeli saham baru tersebut.

Industri
Fajar Yusuf Rasdianto

Fajar Yusuf Rasdianto

Author

JAKARTA – Merger bank-bank umum syariah (BUS) pelat merah bakal membuat porsi kepemilikan saham di PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) berubah. Pasalnya, merger yang dilakukan antara tiga BUS ini, yaitu Bank BRI Syariah, PT BNI Syariah (BNIS), dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM) otomatis bakal membuat modal kerja perseroan bertambah.

Head of Research Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menjelaskan, skema merger perusahaan go public biasanya akan dilakukan dengan penerbitan saham baru. Dengan cara itu, otomatis perusahaan yang dimasukkan ke dalam bagian mergernya harus membeli saham baru tersebut.

Ini, sambung dia, bakal membuat saham publik yang ada terdilusi. Namun, dilusi ini tidak akan terlalu terasa lantaran harga saham BRIS juga diperkirakan bakal naik lebih tinggi dalam beberapa waktu mendatang.

“Ini kan sudah go public. Otomatis kalau dia (BRIS) dimerger, harus ada skema itu (penerbitan saham baru). Dia harus samakan jumlah saham yang beredar dengan modalnya dia,” terang Lanjar kepada TrenAsia.com, Selasa 13 Oktober 2020.

Sebelumnya, Manajamen Bank BRI Syariah sendiri sudah memastikan bahwa BRIS bakal menjadi entitas yang menerima penggabungan (surviving entity) dari merger tiga BUS tersebut.

“Pemegang saham BNIS dan pemegang saham BSM akan menjadi pemegang saham entitas yang menerima penggabungan,” tulis Manajemen Bank BRI Syariah dalam laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa 13 Oktober 2020.

Awal IPO

Sebagaimana diketahui, Bank BRI Syariah resmi terjun ke lantai bursa pada 9 Mei 2018. Kala itu, BRIS melepas sebanyak 18,34% atau 891.028 melalui mekanisme penawaran umum saham perdana alias initial public offering (IPO). Harga per lembar saham saat itu dipatok Rp510.

Dengan pelepasan saham itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) tercatat masih memiliki 73% saham perusahaan. Sementara sisanya, 8,65% masih dikuasai oleh Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Bank BRI Syariah.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan pada semester I-2020, tercatat bahwa modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan mencapai Rp1,97 triliun. Sementara itu, kapitalisasi pasar BRIS saat ini sudah mencapai level Rp10,93 triliun.

Dari data laporan keuangan terakhir di BEI itu, BRIS tercatat memiliki total aset senilai Rp49,58 triliun. Dengan jumlah liabilitas Rp15,77 triliun dan ekuitas sebesar Rp5,21 triliun. (SKO)