Broker Ini Timbun Saham BBRI Rp214 Miliar, Begini Prospeknya
- Saham BBRI melesat 3,19% pada perdagangan Kamis, 2 Januari 2024. Perusahaan dengan kode broker KZ itu tercatat mengakumulasi sebanyak 513 ribu lot saham BBRI, setara dengan Rp214,6 miliar.
Bursa Saham
JAKARTA – Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pada perdagangan Kamis, 2 Januari 2024, mencatatkan lonjakan signifikan. Menariknya, terdapat akumulasi besar-besaran dari salah satu broker terhadap saham ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, saham BBRI pada hari perdagangan perdana bursa tahun 2025 ditutup melambung 3,19% ke level Rp4.210 per saham. Selama periode tersebut, total transaksi saham pelat merah ini mencapai Rp754,62 miliar.
Adapun broker yang melakukan akumulasi besar terhadap saham BBRI adalah CLSA Sekuritas Indonesia. Perusahaan dengan kode broker KZ ini tercatat mengakumulasi sebanyak 513 ribu lot saham BBRI, setara dengan Rp214,6 miliar.
- 20 BPR Dicabut Izinnya, OJK Terbitkan 3 Aturan Baru untuk Bank Perkreditan Rakyat
- DJP Pastikan Netflix dan Saham Tak Kena PPN 12 Persen
- Serangan Simpatisan ISIS di AS Jadi Bukti Sel Teroris Tersebut Masih Eksis
Jumlah saham yang diborong CLSA ini jauh melampaui Mandiri Sekuritas, yang berada di posisi kedua dengan total transaksi 31,8 ribu lot atau setara Rp13,2 miliar. Sementara itu, CGS CIMB Sekuritas juga tercatat memborong saham BBRI sebanyak 30,4 ribu lot, setara dengan Rp12,9 miliar.
Kenaikan saham BBRI pada perdagangan perdana tahun 2025 dapat dianggap sebagai sinyal positif, terutama setelah tahun 2024 mencatatkan penurunan harga saham sebesar 28% (tidak termasuk dividen).
Prospek Saham dan Kinerja
Penurunan tersebut merupakan yang terbesar kedua setelah krisis keuangan 2008, di mana saham BBRI anjlok hingga 38%. Namun, Tim Algo Reseacrh dalam risetnya mengatakan saham BBRI masih memiliki fundamental yang oke dan dapat segera bangikit.
“Harga saham BBRI berpotensi bangkit dalam jangka pendek jika situasi makro ekonomi membaik, seperti kebijakan moneter atau fiskal ekspansif, meskipun peluangnya kecil saat ini,” jelasnya dalam riset pada Kamis, 2 Januari 2024.
Berdasarkan faktor tersebut, mereka menetapkan target harga saham BBRI di Rp4.700 per saham, yang menyiratkan potensi return sebesar 16 persen dari harga Rp4.100 per saham berdasarkan rata-rata tertimbang investor tahun ini.
Sementara itu, Junior Equity Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas, Arinda Izzaty Hafiya, menetapkan target saham BBRI di angka Rp5.625 per saham. Target tersebut didorong oleh berbagai sentimen positif seperti seperti digitalisasi, permintaan kredit yang stabil, dan potensi penurunan suku bunga
Arinda menjelaskan bahwa digitalisasi dan inovasi produk menjadi faktor utama dalam menarik nasabah, terutama di segmen ritel dan UMKM. Selain itu, permintaan kredit yang stabil turut memberikan katalis positif, dengan penyaluran kredit yang tumbuh 10,92% pada Oktober 2024, didukung oleh peningkatan DPK dan insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) dari Bank Indonesia.
Arinda juga memperkirakan pemangkasan suku bunga The Fed hingga 100 bps pada 2025 dapat mendorong Bank Indonesia menurunkan suku bunga, mendukung pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan margin bunga bersih (NIM).
Kinerja November
Berdasarkan laporan keuangannya per November 2024, emiten bersandikan BBRI sukses mencetak laba bersih bank only sebesar Rp50,00 triliun, tumbuh 3,96% (year-on-year/yoy). Hasil ini mencerminkan soliditas perseroan di tengah tantangan industri perbankan.
Kredit yang disalurkan BBRI tumbuh 4,99% (yoy) menjadi Rp1.219,21 triliun. Meskipun pertumbuhan ini berada di bawah rata-rata industri, segmen UMKM yang menjadi fokus utama BRI menunjukkan performa unggul dengan pertumbuhan 4,99%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri di angka 3,7%.
Adapun pendapatan bunga BBRI mencatatkan peningkatan signifikan sebesar 10,59% (yoy) menjadi Rp147,96 triliun. Di sisi lain, pendapatan non-bunga juga turut berkontribusi positif dengan pendapatan komisi dan fee naik 9,67% (yoy) menjadi Rp20,34 triliun, serta pendapatan lainnya yang melesat 44,87% (yoy) menjadi Rp23,78 triliun.
Dari sisi pendanaan, DPK tumbuh solid 6,95% (yoy) menjadi Rp1.386,71 triliun, didorong peningkatan dana murah (CASA) sebesar 10,79% (yoy) menjadi Rp914,83 triliun. Komposisi CASA yang meningkat dari 63,68% menjadi 65,97% menunjukkan efisiensi pendanaan yang semakin kuat.