Pertemuan antara LPEI dan PT Bank Tabungan Negara (BTN)
Perbankan

BTN Mau Rem Penyaluran Kredit, Ini Alasannya!

  • Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengatakan, dengan naiknya suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin yang ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) tempo hari, Perseroan pun berencana untuk menahan laju pertumbuhan kredit tahun ini.
Perbankan
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN/BBTN) kini tengah mengadaptasi strategi penyaluran kreditnya di tahun 2024. 

Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengatakan, dengan naiknya suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin yang ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) tempo hari, Perseroan pun berencana untuk menahan laju pertumbuhan kredit tahun ini.

Nixon menyebutkan bahwa kenaikan suku bunga atau BI Rate berpotensi meningkatkan beban bunga bagi bank. Maka dari itu, untuk menjaga profitabilitas, BTN pun menjaga agar pertumbuhan kredit di kisaran 10%-11% untuk tahun ini. 

Padahal, pada kuartal I-2024, BTN mencatat kenaikan penyaluran kredit sebesar 14,8% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp344,24 triliun. Mayoritas dari penyaluran tersebut berasal dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi dengan nilai Rp166,95 triliun.

“BTN berusaha untuk menurunkan pertumbuhan kredit dari 14% ini ke 10%-11% untuk mengantisipasi likuidasi yang lebih ‘mahal’ seiring dengan kenaikan suku bunga. Ibaratnya kalau harga bahan baku mahal, jualannya tidak perlu terlalu di-geber,” papar Nixon dalam konferensi pers paparan kinerja BTN kuartal I-2024 di Jakarta, Kamis, 25 April 2024.

Kondisi likuiditas BTN saat ini menunjukkan Loan to Deposit Ratio (LDR) mencapai 96,2%, meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 93,8%. Sementara itu, rasio dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) BTN saat ini sebesar 49,9%, turun dari 52,2% di periode yang sama tahun sebelumnya.

Nixon berpendapat bahwa mengurangi pertumbuhan kredit saat ini merupakan keputusan yang rasional di tengah biaya pendanaan yang semakin tinggi. Dengan demikian, BTN tidak perlu mengejar pendanaan tambahan untuk menyalurkan kredit.

Baca Juga: Selain BTN, IFG Life Gandeng Bank Swasta untuk Bancassurance

Bukukan Laba Bersih Rp860 Miliar pada Kuartal I-2024

BTN berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4% menjadi Rp860 miliar pada kuartal I-2024.

Nixon mengatakan bahwa pihaknya berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit dan pembiayaan yang signifikan pada kuartal pertama 2024, yang turut mendorong sektor perumahan di Indonesia. 

"Hal ini tidak terlepas dari upaya perseroan menurunkan angka backlog perumahan dan menyediakan rumah yang layak bagi seluruh masyarakat Indonesia. Kami berharap dapat terus menjaga momentum ini agar dapat memberikan nilai tambah bagi para stakeholders kami,” ujar Nixon.

Kredit dan pembiayaan perumahan tetap menjadi kontributor utama, mencapai sekitar 85% dari total kredit yang disalurkan oleh BTN. Pada kuartal pertama 2024, kredit perumahan mencapai Rp292,7 triliun, naik 10,7% dari Rp264,5 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Khusus untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi, penyalurannya mencapai Rp167 triliun, meningkat 12,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan KPR Non-Subsidi mencapai Rp98,8 triliun, naik 11,2% dari kuartal pertama 2023.

Strategi BTN untuk menargetkan penyaluran KPR Non-Subsidi ke segmen menengah ke atas mulai menunjukkan hasil. Khususnya untuk KPR dengan nilai di atas Rp750 juta, pertumbuhannya mencapai 176,6% yoy pada kuartal pertama 2024.

Nixon pun menegaskan bahwa BTN berupaya meningkatkan profitabilitasnya dengan mengedepankan penyaluran kredit berbasis margin tinggi, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Ringan (KRING), dan Kredit Agunan Rumah (KAR). 

Penyaluran KUR mencatatkan lonjakan sebesar 78,1% menjadi Rp387 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, KRING dan KAR juga menunjukkan pertumbuhan dengan masing-masing mencapai Rp572 miliar (tumbuh 30,7% yoy) dan Rp525 miliar (tumbuh 16,5% yoy) pada kuartal I/2024.

BTN pun mencatat penurunan rasio Nonperforming Loan (NPL) menjadi 3% dari 3,5% pada kuartal I/2023. Selain itu, rasio Loan to Asset (LAR) juga menunjukkan penurunan ke level 21,6% dari 24,2% sebelumnya. BTN juga berhasil meningkatkan cakupan terhadap NPL menjadi 152,8% dari 145,9% pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) BTN menunjukkan tren positif dengan mencapai Rp357,7 triliun pada kuartal I/2024, meningkat 11,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini melebihi rata-rata industri perbankan yang hanya 3,8% yoy. Dari total DPK, dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) menyumbang sekitar 49,9% pada kuartal yang sama.

Peningkatan DPK ini juga didukung oleh adopsi aplikasi digital BTN Mobile. Hingga Maret 2024, aplikasi ini telah memiliki 1,4 juta pengguna aktif dengan transaksi mencapai Rp20,5 triliun, tumbuh 60,1% yoy. Nixon menegaskan komitmen BTN dalam mengembangkan ekosistem digitalnya dengan menambahkan 16 fitur baru pada BTN Mobile.

Dengan adanya pertumbuhan transaksi digital, pendapatan berbasis biaya (fee-based income/FBI) BTN juga meningkat menjadi Rp686 miliar pada kuartal I/2024, naik 14,27% dari periode yang sama tahun sebelumnya. 

Kinerja positif ini mendukung pertumbuhan total aset BTN yang mencapai Rp454,0 triliun, meningkat 13,1% yoy.