Nasabah usai melakukan transaksi di kantor pusat Bank Tabungan Negara (BTN), Jalan Gajahmada, Jakarta Pusat, Selasa, 9 November 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Korporasi

BTN Syariah Siap Spin-Off: Peluang Besar Perbankan Syariah Indonesia  

  • Spin-off sudah memungkinkan karena total aset BTN Syariah sudah melebihi Rp50 triliun, bahkan mencapai Rp58 triliun hingga kuartal III-2024.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Kinerja impresif Unit Usaha Syariah (UUS) BTN pada kuartal III-2024 kembali menguatkan ekspektasi publik terhadap rencana pemisahan UUS atau spin-off. Sejumlah pihak mendesak manajemen BTN untuk mempercepat langkah korporasi tersebut demi kemajuan industri perbankan syariah.

Salah satu alasan yang disampaikan adalah harapan agar BTN Syariah dapat menjadi penyeimbang bagi Bank Syariah Indonesia (BSI), sehingga menciptakan kompetisi yang lebih sehat, mendorong akselerasi sektor ini, serta memberikan lebih banyak pilihan bagi masyarakat dalam berbanking.

"Yang terpenting, spin-off UUS BTN merupakan amanat undang-undang dengan tenggat waktu yang ketat. Semakin cepat terwujud, semakin baik, mengingat potensi pasar industri keuangan syariah yang tumbuh pesat," ujar Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah, Sutan Emir Hidayat, di Jakarta dikutip pada Kamis, 5 Desember 2024.

Emir menjelaskan, ada beberapa alasan mendesak untuk mempercepat spin-off BTN Syariah. Pertama, dari sisi regulasi, spin-off sudah memungkinkan karena total aset BTN Syariah sudah melebihi Rp50 triliun, bahkan mencapai Rp58 triliun hingga kuartal III-2024.

"Ada dua unit usaha syariah yang telah memenuhi ambang batas aset lebih dari Rp50 triliun, yaitu CIMB Syariah dan BTN Syariah. Dengan demikian, secara regulasi, spin-off seharusnya segera dilakukan," tambahnya.

Faktor kedua, lanjut Sutan, spin-off akan memperkuat BTN dalam mendukung program pembangunan 3 juta rumah yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto. Mengingat minat masyarakat terhadap KPR Syariah semakin tinggi, apabila BTN Syariah beroperasi sebagai Bank Umum Syariah (BUS), perusahaan akan memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan fungsi intermediasi, termasuk mencari sumber pendanaan alternatif.

"Di sisi lain, penerapan kebijakan Loan to Value (LTV) KPR perumahan hingga 100%, yang memungkinkan pembeli rumah tanpa uang muka, akan menjadikan kehadiran BTN Syariah sebagai BUS sangat dibutuhkan," terangnya.

Selain itu, spin-off BTN Syariah juga diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) sebagai induk perusahaan. Dengan melakukan spin-off, BTN dapat menciptakan nilai tambah bagi BTN Syariah, yang pada gilirannya akan memperbesar aset dan kinerja keuangan BBTN.

Sutan memberi contoh kesuksesan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) yang mengalami pertumbuhan pesat setelah merger BRI Syariah, BNI Syariah, dan Mandiri Syariah menjadi BUS. Pertumbuhan ini berdampak positif pada induk perusahaan.

Tren pertumbuhan sektor keuangan syariah Indonesia yang masih sangat menjanjikan juga bisa dimanfaatkan melalui spin-off BTN Syariah menjadi BUS. Dengan langkah ini, rencana pemerintah untuk memperkuat ekosistem industri halal di Indonesia dapat tercapai lebih cepat berkat hadirnya bank syariah baru.

Namun, Sutan mengingatkan bahwa spin-off BTN Syariah sebaiknya dilakukan bersamaan dengan akuisisi unit usaha syariah dari bank lain. Tujuannya agar BTN Syariah dapat menjadi bank besar, atau setidaknya masuk dalam segmen bank dengan Kinerja Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 3. "BUS BTN Syariah diharapkan tetap menjadi bank besar agar dapat bersaing dengan bank syariah lainnya," tegasnya.

Sebagai informasi, BTN Syariah mencatatkan laba bersih yang naik sebesar 33,6% secara tahunan (YoY) pada kuartal III-2024. Laba bersihnya meningkat menjadi Rp 535 miliar pada sembilan bulan pertama tahun 2024, dibandingkan dengan Rp401 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, sebelumnya juga mengungkapkan bahwa BTN Syariah mampu menunjukkan performa yang gemilang secara konsisten. "Hal ini semakin memantapkan posisinya sebagai salah satu pemain utama di pasar pembiayaan perumahan berbasis syariah," ujar Nixon.

Kenaikan laba bersih BTN Syariah didorong oleh kinerja intermediasi. Pada kuartal III-2024, penyaluran pembiayaan BTN Syariah tercatat sebesar Rp42,7 triliun, naik 19,3% YoY dibandingkan dengan Rp35,7 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. BTN Syariah juga berhasil mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 31,5% YoY, dengan DPK yang tercatat sebesar Rp 47,6 triliun per September 2024.