Buka Negosiasi dengan Taliban, Uni Eropa: Tak Ada Pilihan
- BRUSSELS – Uni Eropa tidak memiliki pilihan selain membuka pembicaraan dengan penguasa Afghanistan yang baru, Taliban. Mereka akan mencoba berkoordinasi dengan
Dunia
BRUSSELS – Uni Eropa tidak memiliki pilihan selain membuka pembicaraan dengan penguasa Afghanistan yang baru, Taliban. Mereka akan mencoba berkoordinasi dengan anggota pemerintahan untuk mengatur kehadiran diplomatik di Kabul, kata petinggi diplomat Uni Eropa, pada hari Selasa.
“Krisis di Afghanistan belum berakhir,” klaim Kepala Kebijakan luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, kepada parlemen Eropa di Strasbourg.
“Kami tidak memiliki pilihan selain bernegosiasi dengan Taliban untuk berpeluang mempengaruhi keadaan,” tambahnya.
- Erick Thohir Tunjuk JF Hasudungan Jadi Direktur Special Asset Management PT PPA
- Ada Potensi, Indonesia Masih Belum Punya Regulasi Khusus Pertambangan Logam Tanah Jarang
- Dongkrak Ekspor Dan Nilai Devisa Dengan Holtikutura
Para Menteri luar Negeri Uni Eropa telah menentukan syarat-syarat untuk membangun kembali bantuan kemanusiaan dan hubungan diplomatik dengan Taliban yang merebut kembali kekuasaan di Afghanistan pada 15 Agustus, termasuk penghormatan terhadap hak asasi manusia khususnya perempuan.
- Izin Usaha Dicabut, LPS Siaga Bayar Klaim Simpanan dan Likuidasi Nasabah BPR Syariah Asri Madani Nusantara
- Masih Karut-Marut, IKAPPI Tolak Rencana PPN Sembako
- Mitra Keluarga Siapkan Rp200 Miliar untuk Buyback 80 Juta Saham Tahap Kedua
“Mungkin ini benar-benar sebuah oksimoron untuk membahas hak asasi manusia, tetapi inilah yang harus kami tanyakan pada mereka,” katanya.
Borell memperingatkan anggota parlemen Uni Eropa bahwa blok tersebut harus siap untuk kedatangan orang-orang Afghanistan ke Eropa jika diizinkan oleh Taliban. Meski begitu, dia tidak mengharapkan arus migrasi akan sama tingginya seperti pada tahun 2015 yang disebabkan oleh perang sipil di Suriah.
Komisi Eropa berencana untuk mengamankan pendanaan dari pemerintah Uni Eropa dan anggaran bersama sebesar 300 juta Euro atau sekitar 355 juta dolar (1 dolar= 0,85 euro) untuk tahun ini dan tahun depan. Dana ini akan digunakan untuk menyiapkan pemukiman bagi sekitar 30.000 orang Afghanistan.