<p>CBD Niaga, salah satu proyek komersil milik PT Sentul City Tbk. / Sentulcity.co.id</p>
Industri

Buka Peluang Kerja Sama, Sentul City Kembangkan Kawasan Baru 250 Ha di Bogor

  • Pengembang properti PT Sentul City Tbk (BKSL) akan mengembangkan kawasan baru pada area seluas 250 hektare (Ha) di kawasan Bogor.
Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA - Pengembang properti PT Sentul City Tbk (BKSL) akan mengembangkan kawasan baru pada area seluas 250 hektare (Ha) di kawasan Bogor. Kendati demikian, manajemen tidak menjelaskan secara rinci mengenai proyek tersebut.

Presiden Direktur Sentul City Tjetje Muljanto pun mengungkapkan, pihaknya membuka peluang kerja sama dalam bentuk strategic partner dengan beberapa pengembang besar lokal maupun internasional.

“Saat ini, master plan dan izin kawasan baru tersebut telah disahkan oleh pemerintah Kabupaten Bogor,” mengutip keterangan tertulis, Jumat, 3 September 2021.

Tjetje menambahkan, proyek ini fokus mengembangkan wilayah perkotaan hijau dan berkesinambungan  dengan konsep live, play, work and visit.

Perseroan berkomitmen untuk menjadikan Sentul City sebagai tujuan utama hunian, pariwisata, dan investasi yang mendukung pengembangan wilayah Sentul Selatan dan sekitarnya dengan konsep one stop living.  

Pendapatan Meroket

Sebagai informasi, sepanjang paruh pertama tahun ini, BKSL mencatat kinerja yang cemerlang. Hal ini terlihat dari pendapatan perseroan yang meroket hingga 1.420% year-on-year (yoy) menjadi Rp2,42 triliun. Padahal, per semester I tahun lalu, pendapatan yang dibukukan hanya sebesar Rp159 miliar.

Tjetje mengungkapkan, salah satu faktor yang membuat pendapatan naik berasal dari penjualan properti investasi AEON Mall. Negosiasi dari penjualan tersebut, kata dia, sudah direncanakan sejak lama.

“Hal ini membuktikan bahwa perseroan masih mendapat kepercayaan yang baik dari investor berskala internasional, yakni investor Jepang yang sangat selektif dalam mengambil keputusan bisnisnya,” ujarnya.

Laporan keuangan perseroan di Bursa Efek Indonesia (BEI) memuat secara rinci, keseluruhan pos yang menyumbang pendapatan kali ini memang meningkat.

Tercatat penjualan lahan siap bangun, rumah hunian, ruko dan apartemen melonjak dari Rp75,5 miliar per semester I-2020 menjadi Rp2,32 triliun.

Selain itu, hotel, restoran dan taman hiburan menyumbang Rp58,3 miliar. Jumlah ini lebih tinggi ketimbang Rp45,6 miliar per semester I tahun lalu. Terakhir, pengelolaan kota juga meningkat dari Rp38 miliar menjadi Rp40,2 miliar per semester I-2021.

Kendati demikian, beban pokok pendapatan yang dibukukan tercatat tinggi, hingga minus Rp1,82 triliun. Sementara itu, pada periode yang sama tahun lalu, beban ini masih sebesar Rp81 miliar.

Adapun laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga meningkat 25,6% yoy menjadi Rp294 miliar, dari Rp234 miliar per semester I-2020.

Untuk total liabilitas, Tjetje menjelaskan pada semester I-2021 jumlahnya sebesar Rp 6,4 triliun, turun Rp1,7 triliun atau sebesar 21% year-to-date (ytd) dari akhir tahun lalu Rp8,1 triliun.

Dari jumlah tersebut, liabilitas jangka pendek tercatat Rp3,09 triliun. Jumlah ini turun sebesar Rp173 miliar atau 5,3% ytd dari Rp 3,27 triliun per Desember 2020.

Tjetje bilang, hal ini menggambarkan komitmen perseroan dalam  memenuhi kewajiban kepada pihak ketiga sehingga berdampak pada penurunan kewajiban perseroan. Tercatat, rasio total aktiva dibandingkan dengan total kewajiban per semester I-2021 sebesar 187%.

Sebaliknya, total ekuitas perseroan meningkat tipis menjadi Rp10,5 triliun, dari Rp10,2 triliun per Desember 2020.

Adapun kas dan setara kas perseroan naik 176,8% ytd menjadi Rp407 miliar, dari sebelumnya Rp147 miliar per akhir 2020. Per Juni 2021, total aset BKSL tercatat Rp16,9 trilun, lebih rendah ketimbang per Desember 2020 sebesar Rp18,3 triliun.