Bukan Karena Senjata Canggih, Rusia Tuduh Ukraina Gunakan Pasukan Mutan dari Lab Rahasia
- Menurut klaim itu, rencana invasi gagal dilaksanakan karena pasukan Ukraina yang berubah menjadi makhluk pembunuh super saat pertempuran
Dunia
MOSKOW - Setelah beberapa bulan menginvasi Ukraina, kini Rusia memiliki teori bahwa lawannya menggunakan pasukan mutan eksperimental yang dikembangkan di lab.
Menurut klaim itu, rencana invasi gagal dilaksanakan karena pasukan Ukraina yang berubah menjadi makhluk pembunuh super saat pertempuran.
Teori ini disampaikan oleh Konstantin Kosachev, wakil ketua Dewan Federasi Rusia, dan Irina Yarovaya, wakil ketua wilayah Duma, dalam rentetan penyelidikan laboratorium bio di Ukraina, seperti dikutip dari Daily Beast menurut laporan surat kabar Rusia, Kommersant.
Pengujian darah tawanan perang Ukraina menunjukkan bahwa mereka digunakan sebagai eksperimen untuk tujuan militer dan disuntikkan obat-obatan.
- Sah! Dewan Komisioner OJK 2022-2027 yang Baru Siap Bekerja, Berikut Jajarannya
- Melesat 197,3 Persen, Waskita Karya (WSKT) Kantongi Kontrak Baru Senilai Rp9,31 Triliun hingga Juni 2022
- Dari Menangis hingga Berusaha Tegar, Ini Curhatan Karyawan Istaka Karya yang Dipailitkan
“Seperti yang kita lihat: kekejaman dan kebiadaban yang dilakukan oleh personel militer Ukraina, kejahatan yang mereka lakukan terhadap warga sipil, kejahatan mengerikan yang mereka lakukan terhadap tawanan perang, menegaskan bahwa sistem kontrol dan penciptaan mesin pembunuh kejam ini diimplementasikan di bawah pengurusan AS,” kata Yarovaya kepada wartawan.
Ia menambahkan bahwa obat peningkat performa yang diberikan adalah penyebab para tentara Ukraina berubah menjadi monster kejam dan mematikan.
Ia juga mengklaim bahwa adanya antibodi Hepatitis A dalam darah para tahanan merupakan bukti konspirasi biolab yang dikembangkan AS.
Klaim terbaru ini bukan yang pertama dari pihak Kementerian Pertahanan Rusia untuk mencoba membenarkan invasi yang dilakukan.
Teori konspirasi semakin marak digunakan oleh Rusia untuk mendukung klaim awal yang menyebut bahwa tujuan utama invasi ke Ukraina adalah untuk menghapus keberadaan Nazi.
Namun, tuduhan terbaru ini justru menunjukkan bahwa Rusia mulai kehabisan alasan dan cara untuk menyelesaikan perang yang jauh meleset dari rencana.