<p>Foto:  Ptba.co.id</p>
Nasional

Bukit Asam (PTBA) Mulai Pembangunan Gasifikasi Pertama di Indonesia Senilai Rp30 Triliun

  • Bukit Asam, Pertamina, dan Air Products & Chemical Inc (APCI) akan memulai proyek gasifikasi batu bara di Tanjung Enim, Palembang, bulan ini.
Nasional
Muhammad Farhan Syah

Muhammad Farhan Syah

Author

JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan memulai pembangunan proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, pada 26 Januari 2022.

Bukit Asam akan menggarap proyek ini bersama dengan PT Pertamina (Persero) (Pertamina) dan Air Products & Chemical Inc (APCI). Gasifikasi yang masuk dalam Proyek Strategi Nasional (PSN) ini bertujuan untuk hilirisasi komoditas emas hitam di dalam negeri.

Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengungkapkan saat ini perseroan masih dalam proses penyelesaian administratif berupa perjanjian bersama dengan pihak-pihak terkait. 

“Sekarang lagi proses untuk perjanjian ketiga belah pihak yakni PTBA, Pertamina dan Air Products. Mudah-mudahan beberapa hari ke depan sebelum tanggal 26 selesai semua” ujar Arsal usai rapat koordinasi bersama dengan Menteri Investasi/BKPM di Palembang Senin, 10 Januari 2022.

Pembangunan proyek gasifikasi ini diproyeksikan rampung pada 2025 dengan mendatangkan investasi sebesar US$2,1 miliar atau setara Rp30 triliun oleh APCI yang juga akan menjadi pihak kontraktor dalam pembangunan pabrik gasifikasi tersebut.

Adapun hadirnya Pertamina dalam proyek hilirisasi tersebut adalah sebagai offtaker yang ditugaskan pemerintah untuk mengimplementasikan peralihan penggunaan bahan bakar gas dari LPG ke DME di masyarakat nantinya. Sementara PTBA bertugas untuk memasok batu bara sebagai bahan dasar utama dari pabrik gasifikasi tersebut.

Pabrik gasifikasi batu bara yang dibangun tersebut ditargetkan dapat mengolah sebanyak 6 juta ton batu bara untuk diproses menjadi 1,4 juta ton DME per tahunnya. DME tersebut nantinya akan digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti Liquified Petroleum Gas (LPG) yang dinilai lebih murah dan ramah lingkungan.

Kehadiran DME sebagai bahan bakar alternatif melalui proyek hilirisasi juga berpotensi dapat menekan tingginya laju impor LPG hingga menghemat sisi pengeluaran negara. Sebagai informasi, saat ini pemerintah harus mengeluarkan kocek sebesar Rp60 triliun setiap tahunnya untuk melakukan subsidi pada LPG.

Berdasarkan perhitungan dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), proyek hilirisasi melalui pabrik gasifikasi DME tersebut berpotensi akan mendatangkan penghematan negara hingga sebesar Rp8,7 triliun per tahunnya.