Buku Pesanan Jet Tempur Rafale Kosong, Menunggu Indonesia
- PARIS- Dassault Aviation mengalami awal tahun 2023 yang lambat dengan buku pesanannya hampir kosong. Kini mereka berharap pada dua pesanan termasuk
Dunia
PARIS- Dassault Aviation mengalami awal tahun 2023 yang lambat dengan buku pesanannya hampir kosong. Kini mereka berharap pada dua pesanan termasuk dari Indonesia.
Paruh pertama tahun 2023 Dassault tidak ada pesanan jet tempur Rafale. Namun pabrikan pesawat Prancis itu masih memiliki tujuan yang dapat diterjemahkan di paruh kedua. Surat kabar Prancis La Tribune melaporkan yang terbaik belum datang untuk Dassault Aviation pada tahun 2023. Mereka hanya mendapat 12 pesanan jet tempur Falcon dibandingkan dengan 41 pada paruh pertama tahun 2022.
Laporan keuangan tengah tahun Dassault Aviation melukiskan gambaran yang suram. Pada paruh pertama 2023, pembuat pesawat Prancis itu mendapat pesanan 1,68 miliar euro. Jauh jika dibandingkan paruh pertama 2022 yang mencapai 16,29 miliar euro.
Selama enam bulan pertama tahun 2023, Dassault Aviation hanya mengirimkan empat Rafale baru yakni dua untuk Yunani dan dua untuk militer Prancis. Sementara pada paruh pertama 2022 mereka bisa mengirimkan tujuh jet tempur. Selain itu empat Rafale bekas diekspor ke Athena. Pada tahun 2022 Dassault mendapat pesanan 80 Rafale untuk UEA. Dan pesanan tambahan untuk enam Rafale baru untuk Yunani.
- Kenapa Kereta Api Tidak Bisa Berhenti Mendadak? Berikut Penjelasan KAI
- PTPN III Sebut Rencana Penambahan Pabrik Bioetanol Masih Dikaji
- Geber Pamsimas dan Sanimas, Desa Diguyur Anggaran Rp1 Triliun
Hal ini mengakibatkan penurunan tajam dalam pendapatan Ekspor Pertahanan menjadi 851 juta Euro dibandingkan 1,45 miliar euro pada paruh pertama tahun 2022.
Selain itu, pabrikan pesawat hanya memasok pelanggannya dengan sembilan Falcons dibandingkan dengan 14 pada paruh pertama tahun 2022. Pendapatan Falcon juga melambat menjadi 827 juta euro dibandingkan dengan 961 juta euro.
CEO Dassault Eric Trappier mencatat pada akhir paruh pertama tahun 2023 bahwa pasar penerbangan bisnis di Amerika Utara sedang pulih. Dan di Eropa tetap pada level yang baik. “Meskipun China telah melambat, Asia semakin berkembang. Ini mendorong permintaan akan lebih banyak jet bisnis,” katanya Sabtu 22 Juli 2023.
Tidak Khawatir
Tetapi Dassault Aviation mengaku tidak terlalu khawatir dengan buku pesanan yang kosong. La Tribune melaporkan India baru-baru ini mengumumkan telah memilih Rafale M untuk pembelian antar pemerintah. Perusahaan ini akan menyediakan 26 jet tempur berbasis kapal induk tersebut. India sebelumnya telah membeli 36 jet tempur untuk angkatan udaranya.
New Delhi diperkirakan akan mengimplementasikan kontrak tersebut pada akhir tahun ini setelah negosiasi dengan Dassault Aviation. Selain itu, Dassault juga mengharapkan pesanan untuk tahap kedua pesanan dari Indonesia. Sebanyak 18 pesawat diharapkan akan dibeli pada sisa tahun 2023 ini. Kesepakatan untuk pesanan lanjutan diharapkan bernilai US $ 2,3 miliar. Seperti diketahui pada Februari 2022 Indonesia menandatangani kontrak pembelian 42 jet tempur Rafale.
CEO Dassault Aviation, Eric Tappier, berharap kesepakatan untuk 18 Rafale tersisa dalam beberapa bulan mendatang. “Kami mengharapkan kontrak 18 pesawat akan dilakukan dalam beberapa hari mendatang, dan 18 lagi dalam beberapa bulan.”
Dassault juga masih mengandalkan pembelian dari Kementerian Pertahanan Prancis. Mereka berharap militer negara tersebut akan memberi mengontrak 42 Rafale dari tahap kelima. Dari jumlah itu 20 pesawat harus diserahkan antara tahun 2027 dan 2030. Ini akan membuat jumlah Rafale di armada Angkatan Udara Prancis menjadi 137.
- BNI Ingatkan Nasabah Soal Modus Penipuan Salah Transfer Uang
- Intip Berbagai Bocoran Prediksi Spek dan Harga iPhone 15, Tertarik Beli?
- Keren! MV Seven Jungkook BTS Raih Jumlah Views 24 Jam Tertinggi Kedua dari Semua MV Solo K-Pop Pria
Secara total, Dassault Aviation dapat mencatat potensi pesanan 104 Rafale pada tahun 2023. Ini naik dibandingkan 92 pada tahun 2022. Belum lagi banyak lagi prospek acak sekarang, seperti Serbia dan Kolombia.
Laporan keuangan Dassault juga menyebut perang di Ukraina telah memicu krisis besar di sektor penerbangan. Perang menyebabkan kelangkaan dan memberikan tekanan signifikan pada pasokan. Dassault mengatakan peraturan yang diadopsi Uni Eropa dan Amerika Serikat ditegakkan secara ketat oleh mereka. Terutama larangan transaksi komersial dan pembatasan transaksi keuangan dengan orang atau entitas Rusia yang terkena sanksi.
Beberapa entitas di jaringan pemeliharaan Eropa sangat terpengaruh oleh hilangnya pelanggan Rusia. Operasi di Rusia, kantor Moskow, dan anak perusahaan pemeliharaan Dassault Falcon Service telah berhenti berbisnis pada tahun 2022.