Bulog Bakal Edarkan Beras Kemasan 1 Kilogram
- Rencananya beras kemasan 1 kg tersebut akan dijual dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp9.450/kg.
Nasional
JAKARTA - Perum Bulog dikabarkan akan segera mengedarkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dengan kemasan 1 kg. Melansir Antara, kemasan baru tersebut bertujuan untuk menjadi opsi beras eceran untuk masyarakat yang tidak mampu membeli beras dengan kemasan 5 kg.
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, pada 28 Agustus 2023, menyebutkan, “Jadi nanti Bulog juga akan membuat packaging yang 1 kg. Jadi masyarakat yang nanti tidak bisa beli 5 kg kita akan berikan yang 1 kg.”
Buwas, sapaan akrab Budi Waseso, menyebutkan Bulog sebenarnya pernah mengedarkan beras dengan kemasan 1 kg bahkan yang paling kecil berukuran 250 gram. Namun Buwas menyebutkan beras eceran tersebut tidak begitu laku karena minat masyarakat yang kurang.
- Menilik Sistem Operasi Tanpa Masinis di LRT Jabodebek
- Dorong EBT, Indonesia Kembangankan Hidrogen Hijau
- Siap-Siap, LRT Jabodebek Akan Terkoneksi Kereta Cepat 1 Oktober 2023
Tetapi, karena harga beras premium dan beras medium sedang naik dan permintaan terus meningkat untuk beras SPHP, Bulog berencana untuk kembali menyediakan beras dalam kemasan 1 kg. Buwas menyatakan bahwa Bulog telah memproduksi beras SPHP dalam kemasan 1 kg, meskipun belum merinci tanggal pasti kapan beras SPHP tersebut akan tersedia di pasaran.
“Secepatnya. Pertama kita sudah punya produksinya yang 1 kg, tinggal nanti kita edarkan kebutuhan masyarakat seperti apa, yang sekarang sudah ada memang beras komersil yang 1 kg,” ujar Buwas. Rencananya beras kemasan 1 kg tersebut akan dijual dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp9.450/kg.
Saat ini, Buwas menyebutkan Bulog masih fokus untuk distribusi beras SPHP kemasan 5 kg. Hal itu sebagai salah satu upaya menstabilkan harga dan stok beras di pasaran.
Buwas membeberkan kemasan 5 kg dipilih karena Bulog tidak ingin lagi mendistribusikan beras kemasan 50 kg guna menghindari upaya penimbunan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal itu karena dahulu Bulog pernah mendistribusikannya namun hanya 10% atau paling banyak 20% yang ditemukan di pasar. “Sisanya dijual komersil. Jadi rakyat kecil tidak merasakan,” tukas Buwas.