<p>Pekerja menata stok beras di Gudang Bulog Kanwil DKI dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis, 18 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Makroekonomi

Bulog Masih Cari Negara Importir Beras 1,5 Juta Ton

  • Perum Bulog siap menerima tambahan kuota penugasan impor beras 1,5 juta ton untuk memperkuat Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan menstabilkan harga beras di pasaran. Saat ini Bulog masih menjajaki sejumlah negara yang memungkinkan untuk diajak bekerja sama.

Makroekonomi

Chrisna Chanis Cara

JAKARTA—Perum Bulog siap menerima tambahan kuota penugasan impor beras 1,5 juta ton untuk memperkuat Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan menstabilkan harga beras di pasaran. Saat ini Bulog masih menjajaki sejumlah negara yang memungkinkan untuk diajak bekerja sama. 

Sekretaris Perum Bulog Awaludin Iqbal mengatakan Bulog bakal melakukan impor beras dari negara yang masih memungkinkan serta memenuhi standar persyaratan. Diketahui, Indonesia cukup kesulitan mencari importir beras menyusul negara seperti India yang memprioritaskan produksi beras untuk dalam negeri. 

“Negara pengimpor beras bisa dari mana saja, tidak terpatok satu negara. Akan kami cari negara yang masih banyak produksinya serta memenuhi persyaratan,” ujar Iqbal dalam keterangan resmi, dikutip Rabu 11 Oktober 2023. 

Menurut Iqbal, fokus Bulog saat ini adalah mempertahankan kestabilan harga beras di masyarakat. Pihaknya mengatakan impor dapat menjadi sarana untuk menjaga harga demi kepentingan warga. Apalagi saat ini situasi sedang menjelang musim tanam. 

“Pemerintah memang memberikan tambahan kuota penugasan impor kepada Bulog sebanyak 1,5 juta ton. Namun pelaksanaannya akan disesuaikan dengan kebutuhan penyaluran di dalam negeri” jelasnya. 

Saat ini pemerintah tengah mencari negara penyuplai beras terbaru menyusul kebijakan India yang melarang impor beras demi menjaga pasokan dalam negeri. Kebijakan India itu turut mengerek harga beras di penjuru dunia. 

Presiden Joko Widodo telah menjajaki sejumlah negara seperti China, Kamboja dan Bangladesh untuk mengimpor berasnya.  Kamboja dikabarkan siap mengirim sekitar 250.000 ton beras ke Tanah Air. Hal itu usai pertemuan bilateral Jokowi dengan Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Manet di Istana Negara, Jakarta, awal September. 

Jokowi juga masih melobi Perdana Menteri India Narendra Modi soal kebutuhan beras Indonesia meskipun negara tersebut telah menyatakan larangan ekspor beras sejak Juli 2023. “Sekarang mencari negara pengimpor beras sangat sulit karena mereka ingin menyelamatkan rakyatnya sendiri,” ujar Jokowi belum lama ini.

Hingga kini keputusan soal negara pengimpor beras masih menunggu negosiasi Perum Bulog. Kesepakatan harga menjadi pertimbangan penting sebelum pemerintah melakukan impor. “Kami masih lihat dari mana bisa membeli beras untuk tahun depan,”ujar Presiden.

Di sisi lain, Bulog tetap melakukan pemantauan intensif terkait harga beras saat ini. Menurut Iqbal, kenaikan harga beras belakangan ini disebabkan banyak faktor mulai eksternal seperti El Nino maupun internal seperti musim tanam. “Masyarakat jangan khawatir. Pemerintah menjamin kebutuhan beras tersedia di masyarakat dengan harga terjangkau. walau di pasaran ada sedikit kenaikan harga." 

“Kami melakukan pemantauan secara terus menerus di tengah situasi saat ini agar tetap terkendali,” imbuh Iqbal. Lebi lanjut, Bulog sudah menggelontorkan beras operasi pasar atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di seluruh Indonesia dengan jumlah total sebanyak 818 ribu ton. 

Kegiatan tersebut akan terus berlanjut sampai harga stabil. Pemerintah juga sedang menyalurkan beras bantuan pangan untuk September-November untuk warga kurang mampu sebanyak 641 ribu ton.