<p>Wahana Dunia Fantasi di Taman Impian Jaya Ancol. / Ancol.com</p>
Industri

BUMD DKI Jakarta: Laba Pembangunan Jaya Ancol Naik Tipis 3,15%

  • Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. (PJAA) meraup laba bersih sebesar Rp230,42 miliar sepanjang 2019, naik tipis dari tahun sebelumnya.

Industri
wahyudatun nisa

wahyudatun nisa

Author

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. (PJAA) meraup laba bersih sebesar Rp230,42 miliar sepanjang 2019, naik tipis dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, 14 April 2020, perusahaan berkode saham PJAA tersebut mengalami peningkatan laba bersih 3,15% dari tahun sebelumnya sebesar Rp223,38 miliar.

Peningkatan laba bersih ini didukung oleh pertumbuhan pendapatan usaha mencapai Rp1,35 triliun atau naik 5,8% dari Rp1,28 triliun.

Beban pokok pendapatan dan beban langsung pada 2019 sebesar Rp657,22 miliar. Sehingga setelah dikurangi beban tersebut, BUMD itu mendapatkan laba kotor sebesar Rp701,37 miliar.

Peningkatan laba bersih juga didukung oleh peningkatan sejumlah pos-pos pendapatan di antaranya penghasilan bunga sebesar Rp23,102 miliar atau naik 38,9% dari Rp16,627 miliar, kemudian penghasilan lainnya sebesar Rp17,08 miliar naik tipis 0,57% dari Rp16,982 miliar, dan keuntungan penjualan aset tetap Rp297 juta.

Dari sisi pendapatan usaha, segmen wahana wisata menjadi kontributor terbesar mencapai Rp654,711 miliar. Angka tersebut meningkat 11,6% dari perolehan tahun 2018 sebesar Rp586,307 miliar.

Kemudian, disusul segmen pintu gerbang sebesar Rp321,564 miliar dan segmen penyewaan kios, lahan, dan gedung yang menyumbang sebesar Rp120,41 miliar.

Saham emiten pariwisata dan real estate itu digenggam oleh Pemprov DKI Jakarta 71,99%, PT Pembangunan Jaya 18,01%, dan publik 9,99%.

Pada perdagangan Selasa, 14 April 2020, saham PJAA ditutup merosot 6,9% sebesar 40 poin ke level Rp540 per lembar. Kapitalisasi pasar saham PJAA mencapai Rp864 miliar dengan imbal hasil negatif 56,23% dalam setahun terakhir. (SKO)