<p>Tambang batu bara PT Arutmin Indonesia, anak usaha PT Bumi Resources Tbk / Bumiresources.com</p>
Industri

Bumi Resources Alami Rugi Bersih US$137,3 Juta per Kuartal III 2020

  • JAKARTA – Situasi pandemi memukul kinerja PT Bumi Resources Tbk. (BUMI). Per kuartal III tahun ini, perseroan mencatat rugi bersih yang mencapai US$137,3 juta. Jumlah tersebut terjun bebas sebesar 280% dibandingkan perolehan laba bersih US$76,1 juta per September 2019. Director & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivasta mengungkapkan sejumlah faktor yang menyebabkan perseroan merugi. Pertama, […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Situasi pandemi memukul kinerja PT Bumi Resources Tbk. (BUMI). Per kuartal III tahun ini, perseroan mencatat rugi bersih yang mencapai US$137,3 juta.

Jumlah tersebut terjun bebas sebesar 280% dibandingkan perolehan laba bersih US$76,1 juta per September 2019.

Director & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivasta mengungkapkan sejumlah faktor yang menyebabkan perseroan merugi. Pertama, realisasi harga batu bara per September tahun ini mengalami penurunan sebesar 14%.

“Harga batu bara pada periode ini mengalami penurunan sebesar 14 persen, dipicu oleh kondisi ekonomi global sehingga berdampak pada permintaan pasar yang menurun,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima TrenAsia.com, Sabtu, 31 Oktober 2020.

Ia menyebut, penurunan volume penjualan pada periode ini sebesar 5%. Kontraksi paling dalam disebabkan oleh penurunan permintaan dari China dan India.

Selain itu, perseroan juga melakukan pembayaran pinjaman yang nilainya mencapai US$331,6 juta secara tunai. Pembayaran tersebut terdiri atas pokok tranche A sebesar US$195,8 juta dengan bunga mencapai US$135,8 juta.

Kerugian tidak lepas dari penurunan pendapatan sebesar 19%  pada kuartal III menjadi US$2.773,9 juta, dari US$3.413,6 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Dileep menjelaskan, penyebabnya adalah penurunan volume penjualan gabungan sebesar 3,1 metrik ton (MT), terutama untuk jenis Arutmin.

“Dampak pandemi terhadap bisnis perseroan menyebabkan pendapatan operasional kami tercatat sebesar US$156,9 juta, lebih rendah dari tahun lalu,” jelasnya.

Kendati demikian, ia mengatakan bahwa penekanan secara maksimal telah dilakukan pada cost management sebesar 12% menjadi US$2.468,0 juta pada periode ini.

Jumlah tersebut lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun 2019 sebesar US$2.816,7 juta. Selain itu, beban usaha juga diturunkan sebesar 12% dari US$169,3 juta menjadi US$149 juta.

Ini menyebabkan closing inventory hanya tercatat 3,3 MT pada akhir September 2020, lebih rendah dibandingkan 5,2 MT pada akhir September 2019.

Menurut Dileep, catatan tersebut mencerminkan efisiensi modal kerja. Dalam jangka menengah, tambahnya, perseroan tetap optimis mempertahankan dan meningkatkan kinerja operasional.

“Terutama dengan adanya Omnibus Law, ke depan mulai 2023, dapat memungkinkan pemberian insentif pada proyek hilirisasi untuk proyek methanol,” ujarnya.