BUMN Antam Resmi Kelola Gunung Emas Bekas Tambang Freeport
Emiten tambang pelat merah PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) alias Antam bakal mengelola gunung emas di Blok Wabu, Papua, bekas pertambangan PT Freeport Indonesia (PTFI).
Industri
JAKARTA – Emiten tambang pelat merah PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) alias Antam bakal mengelola gunung emas di Blok Wabu, Papua, bekas pertambangan PT Freeport Indonesia (PTFI).
Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum Orias Petrus selaku pimpinan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertambangan memastikan pengelolaan gunung emas untuk Antam itu.
“Dari holding MIND ID, yang ahlinya emas adalah Antam. Maka pengelolaan nantinya akan diserahkan kepada Antam,” kata Orias dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Selasa, 29 September 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Menurut bos Inalum, nantinya Antam akan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Papua dalam pengelolaan tambang emas itu.
Saat ini, kata dia, proses pengelolaan gunung emas itu masih dalam tahap awal. Gunung emas Blok Wabu memiliki potensi emas yang diperkirakan mencapai 8,1 juta troy ounce.
Area gunung emas tersebut, kata dia, merupakan lahan bekas Freeport. Namun, hingga kini belum sempat dieksploitasi untuk diproduksi kandungannya.
Blok Wabu dikembalikan Freeport kepada negara secara resmi pada 2015. Blok Wabu diperkirakan berisi potensi kandungan emas sebesar 4,3 juta ore. Namun, lokasi Blok Wabu berada pada wilayah yang sulit diakses, meski cadangan emas cukup tinggi.
Smelter Gresik
Sementara itu, Orias tengah mengupayakan permohonan penundaan proyek pembangunan pabrik pemurnian alias smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur, kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Kami meminta kelonggaran untuk menikmati penundaan proyek smelter yang nantinya akan berdampak pada ekspor tembaga dan juga penerimaan negara,” ujar Dirut Inalum itu.
Dia menegaskan penundaan tersebut berkaitan dengan dampak adanya pandemi COVID-19 yang memukul berbagai sektor perekonomian termasuk pekerjaan lapangan.
Lebih lanjut, dia menjelaskan untuk pembangunan smelter tersebut, Inalum sebagai holding BUMN tambang, sudah mendapatkan utang dari sejumlah bank senilai US$2,8 miliar setara Rp41,7 triliun sudah memasuki tahap akhir. Namun, dengan adanya COVID-19 ini maka dilakukan penjadwalan kembali.
Pada jadwal pertama, seharusnya smelter tersebut dapat diselesaikan pada 2023. Namun, dengan penundaan tersebut, dia memerkirakan akan selesai setidaknya 2024.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif meminta proyek strategis pembangunan smelter Freeport senilai US$3 miliar setara Rp44,7 triliun di Gresik, Jawa Timur, dipercepat penyelesaiannya agar segera memberi manfaat nyata bagi bangsa Indonesia.
“Saya berharap proyek smelter PT Freeport ini bisa segera selesai. Kita akan terus mendorong ini karena jika ini selesai, kita tinggal mendorong industri hilirnya supaya bisa berkembang,” ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Pembangunan smelter Freeport ini dilaksanakan dalam jangka waktu 5 tahun dan direncanakan selesai pada akhir tahun 2023 mendatang. Investasi dari proyek ini adalah senilai US$3 miliar. (SKO)