<p>Apotek PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) / Dok. Perseroan</p>
BUMN

BUMN Bikin Kontroversi Lagi, Kimia Farma Diduga Lakukan Rekayasa Keuangan

  • Salah satu yang menjadi perhatian utama adalah banyaknya pabrik milik perusahaan yang dinilai tidak efisien. Kondisi ini turut berkontribusi pada kerugian yang dialami perusahaan hingga mencapai triliunan rupiah.
BUMN
Muhammad Imam Hatami

Muhammad Imam Hatami

Author

JAKARTA – Setelah sebelumnya merugi triliunan rupiah, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) kini tengah menghadapi sorotan tajam setelah Staf Khusus III Menteri BUMN, Arya Sinulingga, mengungkap adanya dugaan rekayasa keuangan di salah satu anak usahanya. 

Temuan ini diperoleh dari hasil audit internal perusahaan dan menunjukkan permasalahan serius yang memerlukan perhatian segera. “Kimia Farma juga demikian. Ada inilah, rekayasa keuangan,” terang Arya di Jakarta.

Arya menyampaikan bahwa dugaan rekayasa keuangan ditemukan di anak usaha Kimia Farma ini berbeda dengan kasus fraud yang pernah terjadi di PT Indofarma. 

“Itu beda, dia (anak usaha Kimia Farma), rekayasa keuangan. Beda sama kalau Indo (Indofarma) itu kan uangnya hilang, diambil, kalau ini kan dia rekayasa, menggelembungkan,”  beber Arya.

Selain mengungkap dugaan rekayasa keuangan, Arya juga menyoroti sejumlah masalah lain yang membelenggu Kimia Farma. 

Salah satu yang menjadi perhatian utama adalah banyaknya pabrik milik perusahaan yang dinilai tidak efisien. 

Kondisi ini turut berkontribusi pada kerugian yang dialami perusahaan hingga mencapai triliunan rupiah.

“Dan di samping itu juga KF (Kimia Farma) ada juga problem di pabriknya. Yaitu kebanyakan pabrik, enggak efisien. Makanya dari 10 pabrik bakal tinggal lima pabrik yang dikelola" tambah Arya.

Kementerian BUMN berkomitmen untuk menindaklanjuti temuan ini dengan serius.  "Kami berharap Kimia Farma dapat segera melakukan perbaikan dan meningkatkan kinerjanya. Ini penting untuk memastikan bahwa perusahaan BUMN dapat beroperasi dengan sehat dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional," tambah Arya.

BUMN akan melakukan peninjauan ulang operasional pabrik-pabrik yang tidak efisien, memperketat pengawasan keuangan, dan meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan perusahaan. 

Dengan demikian, diharapkan Kimia Farma bisa bangkit dari kondisi sulit ini dan kembali memberikan kontribusi maksimal sebagai salah satu BUMN di sektor farmasi.

Temuan ini menjadi pengingat bagi semua perusahaan, khususnya BUMN, untuk selalu menjaga integritas dan transparansi dalam setiap aspek operasional dan keuangannya. 

Sebelumnya Kimia Farma memang mengalami kerugian signifikan pada tahun 2023. 

Kerugian bersih perseroan mencapai Rp 1,82 triliun.

Kerugian ini menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah perusahaan, mengguncang kepercayaan investor dan stakeholder lainnya.