BUMN China Untung Rp3.857 Triliun, BUMN RI 'Cuma' Rp292 Triliun
- Laba bersih BUMN yang belum diaudit mencapai Rp292 triliun sepanjang tahun 2023, menunjukkan tren kenaikan 15% dibandingkan tahun sebelumnya
BUMN
JAKARTA - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) China membuktikan ketangguhannya di tengah gejolak ekonomi global dengan mencatatkan pertumbuhan yang menggembirakan pada lima bulan pertama tahun 2024.
Dilansir Xinhua, Rabu 26 Juni 2024, Kementerian Keuangan China mengungkapkan tren positif kinerja BUMN yang memberikan optimisme pada prospek ekonomi. Menurut data yang dirilis (24/6), pendapatan operasional BUMN China mencapai angka 32,85 triliun yuan atau sekitar Rp74.106 triliun (kurs Rp2.256), selama periode Januari hingga Mei 2024.
Pencapaian ini mengalami peningkatan sebesar 3,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lebih menggembirakan lagi, laba BUMN juga mengalami kenaikan yang signifikan.
Total laba mencapai 1,71 triliun yuan atau sekitar Rp3.857 triliun, dari jumlah tersebut terjadi peningkatan sebesar 2,3% year-on-year. Angka-angka ini mencerminkan kemampuan BUMN China dalam mempertahankan profitabilitas mereka di tengah lingkungan bisnis yang penuh tantangan.
Meskipun demikian, terdapat beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan. Rasio utang terhadap aset BUMN China mencapai 64,9% pada akhir Mei, angka yang cukup tinggi dan berpotensi menjadi tantangan di masa depan.
BUMN Indonesia
Dari dalam negeri, kinerja BUMN Indonesia tak kalah dengan BUMN China meskipun secara jumlah, nilainya terpaut sangat jauh. Laba bersih BUMN yang belum diaudit mencapai Rp292 triliun sepanjang tahun 2023, menunjukkan tren kenaikan 15% dibandingkan tahun sebelumnya.
"Angka-angka laporan keuangan gabungan sedang dalam proses audit yang diharapkan akan selesai pada Mei-Juni 2024 seiring penyelesaian audit masing-masing BUMN," 20 maret terang Menteri BUMN, Erick Thohir pada (3/3).
Pada tahun 2023, kontribusi BUMN melalui pajak, dividen, dan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) lainnya mencapai 21,9% dari total pendapatan negara di luar hibah. Dividen yang diterima dari BUMN meningkat signifikan dari Rp39,7 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp81,2 triliun pada tahun 2023.
"Kontribusi BUMN terhadap penerimaan fiskal ini meningkat terutama akibat pertumbuhan dividen yang meningkat dari Rp39,7 triliun di 2022 menjadi Rp81,2 triliun pada 2023," tambah Erick.
Meski secara konsolidasian laba BUMN terus tumbuh, namun beberapa perusahaan di dalamnya tengah juga menghadapi tumpukan utang dan masalah manajerial. Tidak hanya itu, sejumlah perusahaan BUMN juga terseret kasus dugaan korupsi.
Berikut beberapa perusahaan BUMN yang tengah berhadapan dengan utang dan dugaan fraud:
1. PT Indofarma (Persero) Tbk
- Terancam kebangkrutan karena manipulasi laporan keuangan dan pinjaman fiktif sebesar Rp1,26 triliun (2023).
2. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
- Terbebani utang besar mencapai Rp 138,45 triliun (2021).
3. PT Waskita Karya (Persero)
- Terbebani utang besar, mencapai Rp 56,9 triliun (2022).
4. PT Istaka Karya (Persero)
- Terbebani utang besar mencapai Rp 22,3 triliun (2022).
5. PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)
- Terbebani utang besar yang mencapai Rp 10,7 triliun (2022).
Permasalahan ini tidak hanya mempengaruhi reputasi perusahaan, tetapi juga berpotensi membatasi kemampuan BUMN untuk berinvestasi dan berkontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.