<p>Mining Industry Indonesia (MIND ID) dan PT Vale Indonesia Tbk (PTVI) bersama dengan para pemegang sahamnya, Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. (SMM) pada tanggal 11 Oktober 2019 telah menandatangani Perjanjian Pendahuluan untuk mengambil alih 20% saham divestasi PTVI kepada peserta Indonesia. / Mind.id</p>
Industri

BUMN Inalum Resmi Kuasai 20% Saham Vale Indonesia Rp5,52 Triliun

  • JAKARTA – Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertambangan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) alias Inalum resmi mengakuisisi 20% saham divestasi PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) senilai Rp5,52 triliun. Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pembelian 20% saham Vale Indonesia oleh holding BUMN tambang Inalum yang kini bernama Mining Industry Indonesia (MIND ID) menjadi bagian penting […]

Industri

Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertambangan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) alias Inalum resmi mengakuisisi 20% saham divestasi PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) senilai Rp5,52 triliun.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pembelian 20% saham Vale Indonesia oleh holding BUMN tambang Inalum yang kini bernama Mining Industry Indonesia (MIND ID) menjadi bagian penting dalam pengembangan industri baterai untuk mobil listrik nasional.

“Kita berhasil menambah lagi kepemilikan negara di sektor pertambangan. Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia sehingga transaksi saham INCO ini menjadi bagian penting dalam rencana pengembangan industri baterai untuk mobil listrik,” ujar Erick dilansir Antara, Sabtu, 20 Juni 2020.

Emiten bersandi saham INCO yang merupakan produsen tambang nikel, kata dia, memiliki potensi tinggi pada masa depan seiring pesatnya tren kendaraan listrik di dunia.

MIND ID, kata dia, telah menandatangani perjanjian definitif dengan Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co. Ltd., (SMM) untuk pembelian 20% saham Vale Indonesia pada Jumat, 19 Juni 2020.

Sebelumnya, Vale Indonesia menandatangani amandemen kontrak karya (KK) pada 1996 dengan pemerintah Republik Indonesia. KK tersebut bakal berakhir pada Desember 2025.

Agar Vale Indonesia berhak atas perpanjangan lisensi untuk tetap beroperasi setelah 2025, maka persyaratan tertentu harus dipenuhi. Termasuk divestasi 20% saham Vale Indonesia kepada pemerintah Indonesia.

Erick Thohir menilai langkah itu sesuai dengan mandat MIND ID untuk mengelola cadangan mineral strategis Indonesia, dan mendorong hilirisasi industri pertambangan nasional.

Dia menegaskan, transaksi itu menggambarkan komitmen pemerintah Indonesia dalam memastikan lingkungan yang ramah bisnis, serta pengembangan strategi jangka panjang dari industri pertambangan Indonesia.

“Saat ini, Indonesia memainkan peranan strategis utama dalam industri nikel global,” kata Erick.

Kemitraan MIND ID dengan INCO ini juga membuktikan kepercayaan bagi perusahaan pertambangan global terhadap peluang pasar di Indonesia.

“Partisipasi MIND ID di perusahaan tambang kelas dunia, seperti Vale Indonesia (Brasil/Kanada) dan Freeport Indonesia (Amerika Serikat), merupakan bukti keberhasilan Indonesia dalam menjaga dan menarik investasi perusahaan global ke industri pertambangan nasional,” ucap Erick.

Pertambangan nikel milik PT Vale Indonesia Tbk. (INCO). / Vale.com

Nilai Akuisisi Rp5,52 Triliun

Sementara itu, Chief Financial Officer PT Vale Indonesia Tbk., Bernardus Irmanto, mengatakan penandatanganan perjanjian ini merupakan kelanjutan dari perjanjian pendahuluan yang sebelumnya ditandatangani pada 11 Oktober 2019.

“Berdasarkan KK, divestasi merupakan salah satu syarat untuk keberlanjutan Vale setelah 2025,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat, 19 Juni 2020.

Menurut dia, syarat ketentuan akhir telah dirampungkan dalam perjanjian Share Purchase Agreement dengan Inalum. Dalam perjanjian 20% saham divestasi ini, VCL akan melepas sahamnya sebesar 14,9% dan SMM sebesar 5,1% pada harga Rp2.780 per lembar. Totalnya mencapai Rp5,52 triliun dengan target transaksi rampung pada akhir 2020.

Setelah akuisisi 20% saham INCO, kemudian VCL dan SMM akan memiliki saham masing-masing 44,3% dan 15% di dalam Vale Indonesia, dengan total kepemilikan 59,3%.

“Untuk kepemilikannya, VCL dan SMM akan menerima sekitar Rp5,52 triliun atau US$371 juta secara tunai setelah penyelesaian transaksi, yang diharapkan akan terjadi pada akhir 2020,” kata dia.

Group CEO MIND ID Orias Petrus Moedak mengatakan melalui kepemilikan 20% saham di Vale Indonesia, dan 65% saham di PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), MIND ID akan memiliki akses terhadap salah satu cadangan dan sumber daya nikel terbesar dan terbaik dunia.

Di masa mendatang, katanya, akses ini secara strategis akan mengamankan pasokan bahan baku untuk industri hilir berbasis nikel di Indonesia, baik hilirisasi industri nikel menjadi stainless steel, maupun hilirisasi industri nikel menjadi baterai kendaraan listrik.

“Akses ini juga akan mempercepat program hilirisasi industri nikel domestik, yang akan menghasilkan produk hilir dengan nilai ekonomis hingga 4-5 kali lipat lebih tinggi dari produk hulu,” kata Orias dalam keterangan tertulis.

Dalam transaksi ini, MIND ID dibantu oleh BNP Paribas sebagai konsultan keuangan, Shearman & Sterling dan Melli Darsa & Co sebagai konsultan hukum, EY Indonesia sebagai konsultan due diligence keuangan dan perpajakan, AMC Consultants Pty Ltd sebagai konsultan teknik, dan Ruky, Safrudin & Rekan dari Kantor Jasa Penilai Publik.

Sepanjang periode 2019, pendapatan Vale Indonesia (INCO) naik tipis 0,7% menjadi US$782,01 juta dari sebelumnya US$776,9 juta. Laba tahun berjalan turun 5,14% menjadi US$57,4 juta dari sebelumnya US$60,51 juta.

Vale Indonesia berhasil mencatat kenaikan produksi nikel matte pada kuartal I-2020 mencapai 35% dibandingkan dengan kuartal I-2019.

CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Nico Kanter mengatakan perusahaan pertambangan ini telah memproduksi sebanyak 17.614 ton pada periode Januari-Maret 2020. Jumlah ini meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya 13.080 ton.

Akan tetapi, Nico menyebutkan produksi itu lebih rendah 14% jika dibandingkan dengan kuartal VI-2019 yang mencapai 20.494 ton. Hal tersebut disebabkan karena adanya aktivitas pemeliharaan yang telah direncanakan oleh perseroan.

“Dengan pencapaian ini kami yakin dapat mempertahankan tingkat produksi kami pada tahun 2020,” kata Nico.

Pada perdagangan Jumat, 19 Juni 2020, saham INCO ditutup melemah 1,03% sebesar 30 poin ke level Rp2.890 per lembar. Kapitalisasi pasar saham INCO mencapai Rp28,71 triliun. (SKO)