<p>Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Holding Company, Achmad Bakir Pasaman (kanan) mengikuti Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR di komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 1 Oktober 2020. Rapat Dengar Pendapat membahas kondisi aktual perusahaan dalam penanganan Covid-19 dan program pemulihan ekonomi nasional, serta profit perusahaan (Capex) dan operasional perusahaan (Opex). Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Korporasi

BUMN Ini Untung Rp18 Triliun, Tapi Subsidi Pemerintah Juga Naik Hampir Rp11 T

  • PTPI juga menikmati subsidi dari pemerintah sebesar Rp36,10 triliun atau melesat 43% dibandingkan tahun 2021

Korporasi

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – PT Pupuk Indonesia (PTPI) berhasil menorehkan kinerja luarbiasa sepanjang tahun 2022. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk mencapai Rp18,46 triliun, melonjak 246% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp5,32 triliun. Laba PTPI tahun lalu ini juga menjadi yang terbesar selama lima tahun terakhir.

Dari mana sumber keuntungan jumbo tersebut? Dari laporan keuangan PTPI tahun 2022 terungkap, keuntungan besar tersebut berasal dari sejumlah sumber pendapatan. Pertama dari penjualan produk, BUMN pupuk ini mencatat pendapatan sebesar Rp64,49 triliun atau tumbuh 30% daripada tahun sebelumnya sebesar Rp49,31 triliun.

Kedua, ini yang mesti jadi perhatian, PTPI juga menikmati subsidi dari pemerintah sebesar Rp36,10 triliun atau melesat 43% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp25,25 triliun. Jumlah subsidi yang diberikan Pemerintah Republik Indonesia tersebut merupakan yang terbesar selama 5 tahun terakhir.

Biaya subsidi terbesar untuk pupuk NPK senilai Rp22,31 triliun, naik 102% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp11,00 triliun. Adapun biaya subsidi untuk urea sebesar Rp11,86 triliun, beda tipis dari tahun sebelumnya Rp10,19 triliun.

Selama tahun 2022, PTPI mencatat penjualan pupuk subsidi sebesar Rp13,35 triliun, turun 2% dibandingkan tahun 2021 senilai Rp13,69 triliun.  

Sumber pendapatan ketiga, PTPI juga memperoleh pendapatan jasa senilai Rp3,25 triliun atau turun 19% daripada tahun 2021 sebesar Rp4,03 triliun.

Akumulasi dari tiga sumber pendapatan tersebut, selama tahun 2022 PTPI mencatat total pendapatan sebesar Rp103,85 triliun, mengalami kenaikan 32% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp78,60 triliun.

Laporan keuangan PTPI juga melaporkan, pada tahun lalu perusahaan berhasil menahan beban pokok pendapatan hanya naik 10% dari Rp63,46 triliun di 2021 menjadi Rp70,28 triliun tahun 2022. Sementara beban penjualan juga  menurun 7% menjadi Rp1,18 triliun dari tahun sebelumnya Rp1,28 triliun. 

Justru beban umum dan administrasi yang mengalami lonjakan tinggi. Nilainya mencapai Rp5,95 triliun atau melesat 48% daripada tahun 2021 sebesar Rp4,02 triliun.

Secara lebih detil dapat digambarkan sumber kenaikan beban administrasi dan umum tersebut. Contohnya, beban pelatihan naik 117% dari Rp52,90 miliar menjadi Rp115,06 miliar. Kemudian biaya perjalanan dinas melonjak 117% mencapai Rp103,55 miliar, dibandingan tahun sebelumnya sebesar Rp47,60 miliar.

Beban promosi dan pemasaran juga melompat 46% menjadi Rp160,97 miliar dibandingkan tahun 2021 senilai Rp109,89 miliar.

Dalam penjelasannya, manajemen PTPI menyampaikan bahwa kenaikan beban umum dan administrasi di tahun 2022 disebabkan oleh realisasi gaji, upah dan kesejahteraan yang naik 70% atau setara dengan Rp1,44 triliun. Dari pos ini tahun 2021 beban yang dibayarkan PTPI sebesar Rp1,43 triliun dan melesat menjadi Rp 3,82 triliun tahun lalu.

Laba Tahun Ini Bakal Kempes

Di tengah tingginya harga amoniak dan harga gas untuk sektor pupuk yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar US$6 per MMBTU, pada tahun 2022 PTPI mencatat penjualan pupuk PSO sebanyak 7,406,666 ton, turun daripada tahun 2021 sebesar 7,919,045 ton. Sementara pupuk non PSO mencapai 4,157,003 ton dari tahun sebelumnya 4,993,125 ton.

Adapun penjualan amoniak mencapai 1,055,569 ton dibandingkan tahun 2021 sebanyak 988,317 ton. Sedangkan non aminak sebanyak 397,625 ton pada 2022 dibandingan tahun 2021 sebesar 271,693 ton.

Perusahaan juga melaporkan, di tengah kenaikan harga gas sepanjang tahun 2022, rasio konsumsi gas untuk urea sebesar 27,82 MMBTU/ton, sementara untuk amoniak sebanyak 35,77 mmbtu/ton.  

Sacara akumulatif, total volume penjualan PTPI tahun 2022 mencapai 13,017,109 ton, turun 8% daripada tahun 2021 sebanyak 14,172,109 ton.

Berkat lonjakan harga pupuk yang mendorong pendapatan menjulang tinggi, PT Pupuk Indonesia menutup tahun 2022 dengan arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp22,03 triliun, naik 51% daripada tahun sebelumnya Rp14,51 triliun. 

Total aset perusahaan juga naik jadi Rp158,72 triliun dibandingkan 2021 sebesar Rp128,46 triliun. Adapun kas dan setara kas per 31 Desember 2022 mencapai Rp33,46 triliun, melesat daripada Rp17,45 triliun di 2021.    


Dalam laporannya, Direktur Utama PTPI Bakir Pasaman memproyeksikan kinerja tahun 2023 akan menurun. Ia menjelaskan, PTPI memperoleh penugasan (PSO) dari pemerintah untuk menyalurkan pupuk ke sektor pangan sebesar 7,86 juta ton. 

Perusahaan juga menyediakan kebutuhan pupuk sektor komersil sebesar 4,07 juta ton. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut PTPI merencanakan untuk  memproduksi pupuk sebesar 12,3 juta ton yang terdiri dari produksi pupuk urea 8,01 juta ton dan pupuk non urea 4,30 juta ton.

“Dengan kebijakan tersebut dan mempertimbangkan asumsi lainnya yang telah ditetapkan dalam RKAP 2023, maka PTPI diproyeksikan akan mencapai laba tahun berjalan sebesar Rp12,57 triliun,” demikian dikutip dari laporan keuangan PTPI tahun 2022, Rabu 21 Juni 2023.