<p>Senapan buatan BUMN PT Pindad (Persero) / Dok. Pindad</p>
Industri

BUMN Len Industri jadi Holding Pertahanan, Alutsista RI Bakal Mandiri

  • PT Len Industri saat ini ditunjuk sebagai Ketua Tim Percepatan Pembentukan Holding BUMN Industri Pertahanan. Penunjukan tersebut sesuai dengan lini bisnis pertahanannya yang sangat mendukung tren pertahanan perang masa depan berbasis Network Centric Warfare (NCW).

Industri

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan kunjungan industri ke PT Len Industri (Persero), Bandung, Jumat 4 Juni 2021.

Kunjungan tersebut dalam rangka pengembangan industri elektronika dan semikonduktor di Indonesia, maupun posisi PT Len Industri yang akan dijadikan sebagai holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Industri Pertahanan (Indhan), di mana pertahanan termasuk dalam Program Prioritas Nasional.

PT Len Industri saat ini ditunjuk sebagai Ketua Tim Percepatan Pembentukan Holding BUMN Industri Pertahanan. Penunjukan tersebut sesuai dengan lini bisnis pertahanannya yang sangat mendukung tren pertahanan perang masa depan berbasis Network Centric Warfare (NCW).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita bilang, mengingat peran PT Len Industri sebagai integrator, pemerintah akan mendukung pengembangan ekosistem industri elektronika sebagai penunjang proses bisnis perusahaan.

“Len menjadi perusahaan sebagai integrator teknologi berbasis elektronik untuk pengadaan alutsista Indonesia,” ujarnya melalui keterangan resmi, dikutip Minggu 6 Juni 2021.

Menurutnya, selain sebagai pemimpin integrator untuk memenuhi kebutuhan alutsista berbasis teknologi elektronik, PT Len juga memiliki dua operasional penting, yakni pengembangan industri transportasi. Khususnya di bidang perkeretaapian dan industri energi baru terbarukan melalui pembuatan panel surya.

Agus juga mengapresiasi upaya PT Len industri untuk melakukan pendalaman struktur industri hingga ke bagian hilir untuk membuat sel surya dengan mengolah bahan baku pasir silika.

Bagi dia, upaya ini akan memberikan multiplier effect bagi perekonomian Indonesia baik dari sisi kemampuan industri maupun dari transfer teknologi.

Potensi Pengembangan Len Industri
PT Len Industri (Persero). / Len.co.id

Direktur Utama PT Len Industri Bobby Rasyidin menjelaskan, pihaknya akan menjadi lead integrator BUMN Indhan dan sebagai brainware alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang digunakan oleh TNI, baik matra darat, laut maupun udara.

“Sehingga sangat dibutuhkan kolaborasi yang kuat antar anggota BUMN Indhan, yaitu Len Industri, Pindad, Dirgantara Indonesia, Dahana dan PAL Indonesia,” tuturnya.

Berbeda dengan BUMN pertahanan lain yang berfokus pada kemandirian dalam memproduksi alutsista dan amunisi, PT Len Industri di dalam holding BUMN Indhan justru berperan menjadi sistem integrator dari alutsista-alutsista tersebut. Baik itu alutsista baru hasil produksi dalam negeri, luar negeri, maupun alutsista yang sudah  ada di TNI.

”Untuk menjawab tantangan dalam memenuhi peran sebagai integrator tersebut, PT Len Industri telah memiliki hasil pengembangan berbagai produk lini pertahanan mulai dari Sistem Command & Control (C2), Sistem Sensor, dan Sistem Komunikasi,” imbuh Bobby.

Ia menilai, pengembangan tersebut diperlukan dalam pembangunan sistem integrasi alutsista yang dikenal sebagai konsep terintegrasi C4ISR (Command, Control, Communication, Computer, Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance) serta menerapkan NCW sesuai doktrin dan kebutuhan pertahanan TNI di Indonesia.

Bobby mengharapkan dukungan dari Kementerian Perindustrian mengenai regulasi khusus untuk perhitungan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) produk elektronika pertahanan, memasukkan persyaratan TKDN pada tender proyek pertahanan dan transportasi.

Selain itu, ia turut meminta dukungan investasi dalam pembangunan pabrik solar cell dan semikonduktor maupun pembangunan pusat inovasi dan industri radar nasional yang akan dikembangkan PT Len Industri.

Bobby mengklaim, banyak produk PT Len Industri yang sudah memiliki nilai TKDN tinggi, misalnya sistem persinyalan kereta yang mencapai 40,69% (Sistem Interlocking SiLSafe) dan 59,96% (Trackside Signalling SiLTrack) di mana sistem tersebut sudah terpasang di lebih dari 250 stasiun di seluruh Indonesia. (SKO)

“Kami juga sudah membuat sistem kereta api otomatis pertama di Indonesia menggunakan teknologi CBTC di Skytrain Bandara Soekarno Hatta,” tegasnya. (SKO)