BUMN Restui Bank Syariah Indonesia (BRIS) untuk Rights Issue Lewat SWF
Wakil Menteri II Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo mengatakan fokus pemerintah saat ini adalah menambah modal PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) alias BSI. Salah satu caranya dengan merencanakan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHETD) alias rights issue.
Korporasi
JAKARTA – Ambisi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) untuk masuk dalam jajaran 10 bank syariah terbesar di dunia rupanya memerlukan modal yang sangat besar.
Untuk itu, Wakil Menteri II Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo mengatakan fokus pemerintah saat ini adalah menambah modal perseroan. Salah satu caranya dengan merencanakan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHETD) alias rights issue.
“Kami ingin melakukan rights issue dan sangat terbuka apabila dengan para investor untuk bekerja sama,” kata Kartika dalam paparan virtual, Rabu, 3 Februari 2021.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Namun, mantan direktur utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) itu belum menjelaskan secara lebih detil terkait rencana rights issue tersebut. Dalam hal ini, Lembaga Pengelola Investasi (LPI) akan berperan penting dalam mempertemukan investor strategis bagi BSI.
Ia menyebutkan, ada beberapa investor yang bisa masuk mengalirkan dananya ke BSI. Seperti Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), Abu Dhabi Investment Council, Cyprus National Investment Fund, dan Emirates Investment Authority.
Tahun ini pun, BSI berencana membuka kantor cabang di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) karena perkembangan sukuk global di Timur Tengah cukup potensial.
Sebagaimana telah digaungkan pemerintah, BSI memang digadang-gadang menjadi salah satu bank syariah terbesar di dunia. Tak main-main, BSI dikatakan berpotensi sejajar dengan dua bank asal Arab Saudi yakni Bank Al-Rajhi dan Bank Albilad yang masing-masing beraset US$111,3 miliar dan US$23,6 miliar pada 2019.
Tak hanya itu, pemerintah juga menargetkan entitas hasil merger tiga bank BUMN ini bisa naik ke Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) IV pada 2022.
“Sekarang modal gabungan ketiganya mencapai Rp20,4 triliun. Untuk mencapai modal inti Rp30 triliun (BUKU 4), kami berharap return earning dan tambahan rights issue bisa membawa cita-cita itu di awal 2022,” kata Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), Hery Gunardi, belum lama ini. (SKO)