<p>Perusahaan tambang BUMN PT Timah Tbk. menderita rugi bersih pada 2019. / Timah.com</p>
Industri

BUMN Timah Terjungkal Hingga Rugi Rp611,28 Miliar

  • Emiten pertambangan pelat merah PT Timah Tbk. (TINS) mencatat kerugian bersih sebesar Rp611,28 miliar sepanjang periode 2019. Hal ini berbanding terbalik dengan tahun sebelumnya, saat perusahaan berhasil meraup laba bersih Rp132,29 miliar.

Industri

wahyudatun nisa

Emiten pertambangan pelat merah PT Timah Tbk. (TINS) mencatat kerugian bersih sebesar Rp611,28 miliar sepanjang periode 2019. Hal ini berbanding terbalik dengan tahun sebelumnya, saat perusahaan berhasil meraup laba bersih Rp132,29 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu, 15 April 2020, menyebutkan perusahaan yang memiliki kode saham TINS itu mengalami lonjakan menjadi Rp19,3 triliun pada 2019. Capaian pendapatan itu melonjak 75,2% dari periode 2018 senilai Rp11,01 triliun.

Kendati demikian, beban pokok pendapatan juga melambung tinggi 82,7% menjadi Rp18,16 triliun dari Rp9,94 triliun. Sehingga, menyisakan laba bruto sebesar Rp1,13 triliun.

Meski masih meraup laba, BUMN tambang yang kini bernaung di bawah Holding PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) itu malah menderita rugi bersih. Kerugian itu terjadi lantaran penurunan keuntungan atas revaluasi properti investasi sebesar 28,7% dari Rp253,95 miliar pada 2018 menjadi Rp180,9 miliar.

Perusahaan tambang milik negara ini menanggung beban lain-lain mencapai Rp63,57 miliar dan menanggung bagian atas rugi entitas asosiasi Rp8,99 miliar.

Kemudian, perusahaan yang telah terdaftar di BEI sejak 1995 itu juga mengalami penurunan pendapatan keuangan hingga 30,8%. Pada periode 2018 perusahaan meraih pendapatan keuangan sebesar Rp38,91 miliar kemudian pada 2019 turun menjadi Rp26,89 miliar.

Kerugian ini menyebabkan nilai rugi per saham menjadi Rp82 dari sebelumnya laba per saham senilai Rp25.

Utang Bank Melonjak

Sementara itu, total liabilitas perseroan tercatat melonjak tajam hingga 66% dari Rp9,07 triliun pada 2018 menjadi Rp15,1 triliun tahun lalu.

Kepala Akuntansi Timah Fina Eliani mengatakan peningkatan liabilitas tersebut utamanya disebabkan meningkatnya jumlah utang bank jangka pendek dan obligasi yang digunakan untuk modal kerja serta investasi.

“Selain itu, utang usaha juga meningkat seiring dengan peningkatan volume produksi perseroan,” kata dia dalam surat kepada BEI.

Sementara dari sisi ekuitas, tercatat turun 14% year-on-year (yoy) menjadi Rp5,25 triliun dari Rp6,14 triliun. Penurunan terjadi lantaran TINS menderita rugi bersih sepanjang kinerja keuangan tahun buku 2019.

Total aset Timah pada akhir 2019 mencapai Rp20,36 triliun, naik 34% dibandingkan dengan periode sebelumnya Rp15,22 triliun. Aset lancar naik 36% menjadi Rp12,3 triliun dan aset tidak lancar naik 30% menjadi Rp6,2 triliun.

“Penurunan harga jual rata-rata logam tahun 2019 turut mempengaruhi kinerja perseroan,” kata dia.

Pada perdagangan Rabu, 15 April 2020, saham TINS ditutup merosot 3,74% sebesar 20 poin ke level Rp515 per lembar. Kapitalisasi pasar saham TINS mencapai Rp3,83 triliun dengan imbal hasil negatif 61,12% dalam setahun terakhir. (SKO)