bullish dan bearish
Bursa Saham

Bursa Kebakaran, Ini Strategi Investasi Saat Saham Big Banks Turun

  • Sejumlah saham big banks terus merosot menyusul outflow investor asing dalam sepekan terakhir. Pada penutupan bursa, Kamis, 30 September 2024, tiga saham bank besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) kembali ambles.

Bursa Saham

Chrisna Chanis Cara

JAKARTA—Sejumlah saham big banks terus merosot menyusul outflow investor asing dalam sepekan terakhir. Pada penutupan bursa, Kamis, 30 September 2024, tiga saham bank besar seperti  PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) kembali ambles. 

BBRI merosot ke Rp4.950 per saham atau turun 10,81% sepekan terakhir. Angka tersebut merupakan level terendah BBRI dalam sebulan terakhir. Adapun saham BBCA anjlok menuju Rp10.325 per saham, turun4,18% dalam sepekan. Sementara saham BMRI ambles ke Rp6.925 per saham atau turun 6,42% sepekan terakhir. 

Menurut Tim Analis Bareksa, penurunan harga saham BBRI, BBCA dan BMRI, ditekan beberapa faktor. Hal itu di antaranya aliran keluar dana asing dalam sepekan di IHSG mencapai Rp4,3 triliun. Untuk BBRI, BBCA dan BMRI sendiri, outflow investor asing masing-masing sebesar Rp3,9 triliun, Rp541 miliar, dan Rp919 miliar sepekan terakhir. 

Keluarnya dana tersebut usai China mengeluarkan stimulus untuk menopang perekonomiannya. Hal itu salah satunya dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 20 bps ke level 1,5%. Rasio GWM perbankan juga diturunkan agar mendorong likuiditas perbankan. 

“Ekspektasi dari pertumbuhan ekonomi China membuat investor asing berbondong-bondong masuk ke pasar saham mereka,” ujar analis Bareksa, dikutip Senin, 30 September 2024. Perpindahan investasi tersebut langsung tercermin pada pergerakan indeks Shanghai, SZSE, dan China A50 awal pekan ini.

Indeks tersebut melesat masing-masing 8%, 10% dan 6%. Sementara IHSG terkoreksi ke level 7.527 atau turun 2,20% pada penutupan perdagangan, Senin. Lalu bagaimana investor menyikapi capital outflow ini?

Tim Analis Bareksa merekomendasikan investor menerapkan strategi investasi wait and see sampai IHSG mencapai level yang lebih stabil. Kemudian, investor dapat mengakumulasi bertahap di saham Big Banks yang memiliki kinerja keuangan yang baik.

Bareksa menilai saham perbankan Tanah Air, termasuk BBRI, BBCA dan BMRI sejatinya dipercaya bakal meraih sentimen positif pasca Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve dan Bank Indonesia memangkas suku bunga pekan lalu. Suku bunga yang rendah berpeuang menggenjot penyaluran kredit, sehingga bisa mendongkrak kinerja.

Kinerja keuangan ketiga bank itu juga cukup apik. BRI mengumumkan laba bersih (bank only) Rp36,2 triliun atau tumbuh 3,96% secara tahuna (YOY) hingga Agustus 2024. Di perode yang sama, BCA mengantongi laba bersih Rp35,99 triliun atau melesat 13,5%. 

Rotasi ke Saham Logam

Adapun BMRI belum merilis keuangannya hingga Agustus. Namun hingga Juni atau di semester I 2024, BMRI mencatatkan laba bersih secara konsolidasi tumbuh 5,23% menjadi Rp26,6 triliun. 

Hasil riset Ciptadana Sekuritas Asia yang dirilis awal September lalu tetap merekomendasikan beli saham BBRI, BBCA dan BMRI dengan target harga masing-masing Rp6.200, Rp11.600 dan Rp8.250.

Sementara itu, Community Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus menyebut membaiknya perekonomian China bakal berdampak positif pada sejumlah sektor saham di IHSG, salah satunya logam. “Jika ekonomi China membaik karena stimulus ini, maka demand perdagangan akan kembali naik terutama untuk permintaan mineral logam,” ujarnya.

Menurut Angga, hal itu bisa terjadi karena China merupakan konsumen utama untuk komoditas dunia dan pangsa pasar ekspor terbesar dari Indonesia. Dengan stimulus China, dia menyebut rotasi sektor mulai terjadi di IHSG yakni dari sektor perbankan ke sektor komoditas dan mineral logam seperti INCO, MDKA, ADRO, MBMA, PTBA dan TINS.