Butuh Investasi Rp3,5 Biliun untuk Produksi Satu Minyak Juta Barel per Hari
JAKARTA – Target industri hulu migas untuk memproduksi satu juta Barrels of Oil Per Day (BOPD) minyak per hari pada 2030, dinilai membutuhkan investasi yang besar. Hal ini juga terkait dengan rencana jangka panjang produksi gas sebesar 12 miliar Billion Standard Cubic Feet per Day (BSCFD) standar kaki kubik per hari. “Nilai investasinya diprediksi mencapai […]
Industri
JAKARTA – Target industri hulu migas untuk memproduksi satu juta Barrels of Oil Per Day (BOPD) minyak per hari pada 2030, dinilai membutuhkan investasi yang besar.
Hal ini juga terkait dengan rencana jangka panjang produksi gas sebesar 12 miliar Billion Standard Cubic Feet per Day (BSCFD) standar kaki kubik per hari.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
“Nilai investasinya diprediksi mencapai US$250 miliar (sekitar Rp3,5 biliun dengan kurs Rp14.200),” kata Kepala Divisi Pengelolaan Pengadaan Barang dan Jasa Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Erwin Suryadi dalam keterangan tertulis yang diterima TrenAsia.com, Jumat, 26 Februari 2021.
Ia menjelaskan, tahun ini daftar pengadaan barang dan jasa yang sudah ditetapkan sebanyak 1.482 paket. Seluruh proyek tersebut membutuhkan anggaran sebesar US$6,051 miliar.
Besarnya investasi ini, lanjutnya, membutuhkan sistem yang efektif dan efisien sehingga mampu menjadi daya ungkit untuk menggerakan industri hulu migas. Oleh sebab itu, supply chain management (SCM) KKKS berperan penting dalam hal ini.
Dijelaskan, saat ini pihaknya telah bekerja sama dengan Komite SCM Indonesian Petroleum Association (IPA) untuk penyelesaian proses tender dan memperkuat sinergi dengan stakeholder terkait.
Melalui SCM IPA, ia berharap kegiatan operasi dan pemenuhan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) bisa tercapai. Sebagai informasi, pada 2020 TKDN baru mencapai 57%. Ini terjadi lantaran dipengaruhi oleh penurunan ekonomi akibat pandemi.
“Sebagai salah satu asosiasi di industri hulu migas, IPA diharapkan bisa mempercepat pengadaan untuk mendukung keberlanjutan produksi dan operasi di lapangan,” tuturnya.