<p>Karyawan menghitung mata uang Rupiah di salah satu tempat penukaran uang atau Money Changer di kawasan Melawai, Jakarta, Senin, 9 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Cadangan Devisa Naik Jadi US$135,9 Miliar, Kurs Rupiah Justru Lemah ke Rp14.020

  • Cadangan devisa (Cadev) Indonesia pada Desember 2020 tercatat sebesar US$135,9 miliar, meningkat dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang US$133,6 miliar.

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Cadangan devisa (Cadev) Indonesia pada Desember 2020 tercatat sebesar US$135,9 miliar, meningkat dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang US$133,6 miliar.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 10,2 bulan impor atau 9,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

“Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” kata Direktur Eksekutif Direktorat Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono di Jakarta, Jumat, 8 Januari 2021.

Erwin menjelaskan, peningkatan posisi cadangan devisa pada Desember 2020 itu terutama dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri pemerintah dan penerimaan pajak.

Ke depan, menurut dia, BI memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.

Kurs Rupiah

Sementara itu, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan ditutup melemah menembus level psikologis Rp14.000 per dolar AS.

Rupiah Jumat sore, 8 Januari 2021, ditutup melemah 110 poin atau 0,79% ke posisi Rp14.020 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp13.910 per dolar AS.

Analis Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto mengatakan, hari ini memang rupiah terkoreksi cukup dalam dan pertama kalinya berada di atas Rp14.000 per dolar AS selama pekan ini sejak awal tahun.

“Ada kekhawatiran pelaku pasar terhadap pemberlakuan kembali pengetatan aktivitas ekonomi atau PSBB (pembatasan sosial berskala besar), khususnya untuk pembatasan di Jawa-Bali, karena adanya potensi lonjakan kasus infeksi COVID-19,” ujar Rully dilansir Antara.

Menurut Rully, akan ada kombinasi sentimen antara optimisme akan dimulainya vaksinasi, dengan lonjakan kasus yang diperkirakan akan terjadi di sekitar pertengahan Januari ini pasca-liburan

Rully menuturkan rupiah sebenarnya mengawali minggu pertama ini dengan cukup baik saat memasuki 2021. Salah satu faktor utama memang dipengaruhi oleh perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama lainnya seperti euro, yen, dan poundsterling.

Indeks dolar saat ini juga sedang berada di kisaran terendahnya sejak April 2018. Saat ini indeks dolar dalam beberapa pekan sudah di bawah 90.

“Sentimen risk-on dari ekspektasi perbaikan ekonomi tahun ini seiring proses vaksinasi yang sudah dimulai sejak bulan Desember 2020 lalu,” kata Rully.

Rully memprediksi pada pekan depan rupiah mungkin akan bergerak di kisaran Rp14.000 per dolar AS hingfa Rp14.100 per dolar AS.

“Sentimen domestik yaitu penerapan PSBB dan kenaikan kasus COVID-19 menjadi faktor utama,” ujar Rully.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp13.968 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp13.968 per dolar AS hingga Rp13.025 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.058 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya di posisi Rp13.938 per dolar AS. (SKO)