Cadangan Nikel RI Hanya 15 Tahun, Namun Untuk Bahan Baterai Banyak
- Cadangan nikel nasional disebut-sebut hanya tersisa kurang dari 15 tahun lagi, padahal salah satu logam ini tengah didorong sebagai bahan baku baterai listrik. Namun Nickel Industries menampik hal tersebut.
Energi
JAKARTA - Cadangan nikel nasional disebut-sebut hanya tersisa kurang dari 15 tahun lagi, padahal salah satu logam ini tengah didorong sebagai bahan baku baterai listrik. Namun Nickel Industries menampik hal tersebut.
Sustainability Manager Nickel Industries, Muchtazar mengatakan, hal ini masih harus dilihat lebih jauh apakah yang dimaksud merupakan bijih nikel dengan kadar tinggi (saprolite) atau bijih nikel dengan kadar rendah (limonite).
"Jadi menurut saya yang akan habis itu sebenarnya saprolite atau nikel kadar tinggi. Kenapa karena penggunaannya berbeda," ungkapnya saat ditemui di Jakarta pada 31 Agustus 2023.
- Data Ekonomi Semakin Buka Peluang Penahanan Suku Bunga AS, Rupiah Ditutup Menguat
- Ukraina Menatap Jalur Maut
- Dijamin Cuan, Ini 5 Tips Investasi Saham Aman Anti-rungkad
- Twitter alias X Peroleh Lisensi Pembayaran Kripto, Bitcoin Pulih ke US$27.000
Muchtazar menjelaskan, bijih nikel dengan kadar tinggi (saprolite) biasanya lebih mudah dijual karena smelter untuk mengolah nikel tersebut sudah tersedia. Sedangkan nikel kadar rendah atau limonite masih jarang terserap.
Sekedar informasi, limonite memiliki karakteristik sebaliknya dari saprolite. Bijih saprolite biasanya memiliki kadar nikel 1,5% hingga 3% sementara untuk bijih limonite memiliki kadar nikel 0,8% hingga 1,5%.
Saprolite banyak diolah melalui sistem Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang nantinya menghasilkan produk berupa Nickel Pig Iron (NPI), Feronikel (FeNi), atau Nickel Matte.
Berkaca dari hal ini menurut Muchtazar, bijih nikel jenis saprolite bisa saja memiliki cadangan yang menipis bahkan di bawah 10 tahun. Sedangkan untuk bijih nikel kelas limonite masih berumur panjang sampai 20 tahun kedepan.
Maka dari itu Nickel Industries, masih terus menggenjot produktifitasnya dan pede jika cadangan nikel masih bisa dioptimalkan. Perusahaan juga sembari bergerak secara pararel ke renewable energy.
Sebelumnya, hal yang sama diungkap Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia yang membantah cadangan nikel di RI hanya bertahan 15 tahun
Justru menurutnya cadangan mineral tersebut masih banyak yang belum dieksplorasi. Bahlil menyebut cadangan nikel Indonesia adalah yang terbesar di dunia, yakni sebesar 25%.
Selain itu, ia menilai Indonesia baru menggarap nikel secara masif pada 2017 sampai 2018, karena itu, pemerintah akan tetap mendorong pembangunan smelter nikel, yang ditargetkan mencapai 53 smelter pada 2024.
Bahlil mengakui hal ini karena masih banyaknyawilayah yang belum dieksplorasi, salah satunya di Papua sehingga tak perlu khawatir pasalnya ia yakin cadangan nikel nasional masih melimpah.