Capres Nyemplung ke TikTok, Antara Berebut Suara dan Memanipulasi Pemilih Muda
- Pemilih muda lebih suka melihat kandidat membuat konten yang menyenangkan, yang menjelaskan daya tarik dan keberhasilan berkelanjutan aplikasi ini dalam pemilihan ini,
Nasional
JAKARTA - Media asing Reuters menyoroti bagaimana ketiga calon presiden Indonesia bergerilya di TikTok untuk meraih suara anak muda.
Seperti diketahui, Indonesia akan menghelat pesta demokrasi pemilu serentak pada Rabu, 14 Februari 2024.
Media sosial yang memiliki 125 juta pengguna di tanah air ini gencar dimanfaatkan sebagai platform berkampanye. Angka ini mewakili lebih dari setengah dari sekitar 205 juta pemilih terdaftar di Indonesia. Meski begitu, para ahli menyatakan bahwa platform ini juga dipenuhi dengan konten bermasalah yang mencoba memanipulasi pemilih muda.
Media ini menyebutkan bagaimana salah satu kandidat yaitu Prabowo Subianto telah mengubah citra dirinya menjadi seorang negarawan yang ramah dari yang dulunya seorang mantan prajurit yang ditakuti. Video gerakan tari canggungnya yang mendapatkan jutaan penonton dan menginspirasi orang lain untuk meniru gerakannya.
- Bank Mandiri dan BRI Terus Pecahkan Rekor Harga Saham Tertinggi
- Besok Pemilu, IHSG Anjlok1 Persen Lebih di Sesi I
- RI Mau Dorong Etanol untuk Campuran BBM, Apa Kendalanya?
Reuters juga menyoroti bagaimana para pendukung Prabowo membagikan video menangis mereka ketika sang idola dihadapkan pada kritik tajam dari pesaing dalam debat televisi.
Sementara, dua peserta lainnya yaitu Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, juga meningkatkan kehadiran mereka di aplikasi tersebut. Contohnya dengan menjawab pertanyaan secara langsung selama sesi siaran langsung atau membagikan video pertemuan yang tulus dengan pemilih.
"TikTok adalah aplikasi yang paling menarik bagi pemilih pemula, sehingga memiliki pengaruh besar sebagai platform untuk berkampanye dan menyebarkan informasi terkait pemilihan," kata Anita Wahid, seorang peneliti yang telah bekerja dengan TikTok tentang masalah kepercayaan dan keamanan online.
Masih dari sumber yang sama, selama periode kampanye, TikTok menjadi sumber informasi kedua terbanyak bagi warga Indonesia terkait politik, setelah televisi, menurut survei Januari oleh lembaga penelitian Indikator Politik Indonesia.
"Kami dapat dengan mudah menemukan informasi tentang Prabowo di TikTok," ujar salah satu pengguna TikTok bernama Irene.
Endah Triastuti, seorang peneliti komunikasi di Universitas Indonesia, menyatakan bahwa karena konten semacam itu, banyak pemilih muda mungkin tidak menyadari bahwa Prabowo pernah membantah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia selama masa jabatannya sebagai komandan pasukan khusus.
Selain fenomena di atas, ada pula resiko lain yang mengintai proses pemilu ini yaitu gambar yang dimanipulasi dan video 'deepfake' dari para kandidat yang beredar luas.
TikTok menyatakan di situs webnya bahwa kebijakannya adalah untuk menghapus "misinformasi berbahaya" dan bekerja sama dengan pengecek fakta untuk menandai atau membantahnya. Iklan politik dan penggalangan dana juga dilarang di platform ini.
"Kami mengutamakan melindungi integritas pemilihan di platform kami agar komunitas kami dapat terus menikmati pengalaman TikTok yang kreatif dan menghibur," kata juru bicara TikTok dalam sebuah email.
Pemilih muda lebih suka melihat kandidat membuat konten yang menyenangkan, yang menjelaskan daya tarik dan keberhasilan berkelanjutan aplikasi ini dalam pemilihan ini, kata peneliti Anita Wahid.
"Ini adalah pertempuran baru." pungkasnya.