Cara Hidup 'Slow Living' Bisa Bikin Bahagia, Ini Caranya
- slow living sering digambarkan sebagai seni menjalani hidup dengan santai dan memutuskan untuk menggunakan waktu dengan lebih bermakna.
Gaya Hidup
JAKARTA - Stress, cemas, dan depresi menjadi masalah kejiwaan yang sering dihadapi masyarakat saat ini. Sejumlah orang menerapkan berbagai cara untuk terhindar dan terlepas dari masalah kejiwaan yang sering menghantui.
Cara hidup Slow living mulai banyak diperbincangkan. Pasalnya, metode ini dinilai dapat menjadi solusi untuk permasalahan yang kerap dirasakan orang di masa kini. Selain itu, slow living juga dinilai bisa membuat hidup seseorang lebih bahagia.
Dikutip dari Very Well Mind, slow living sering digambarkan sebagai seni menjalani hidup dengan santai dan memutuskan untuk menggunakan waktu dengan lebih bermakna.
Tchiki Davis, MA, PhD, seorang konsultan dan pakar kebahagiaan menulis untuk Berkeley Well-Being cara melakukan slow living yang benar menurut penelitian.
- JP Industries Rilis Lima Helm Terbaru di GIIAS 2023
- Adu Pendapat Jokowi Vs Faisal Basri Tentang Keuntungan Hilirisasi Nikel
- Melanggar Tabu, Jepang akan Ubah Pesawat Angkut Jadi Bomber
1. Visualisasikan Diri di Suatu Tempat yang Damai
Davis menyarankan cara ini untuk dilakukan terutama ketika Anda merasa kesulitan untuk memperlambat pikiran. Bayangkan Anda sedang berada di tempat yang menenangkan seperti pegunungan, pantai, atau bersama keluarga.
Tarik napas dalam-dalam dan coba rasakan seperti apa rasanya berada di tempat yang menenangkan itu. Penelitian pada tahun 2009 menemukan bahwa memvisualisasikan diri sedang berada di suatu tempat yang damai dapat memancing rasa tenang yang lebih besar.
2. Mendengarkan Binaural Beats
Binaural beats adalah fenomena neurofisiologis yang terjadi saat dua nada dengan frekuensi yang sedikit berbeda dimainkan pada setiap telinga. Ketika otak mendengarkan dua nada ini, ia menciptakan ilusi persepsi suara baru yang disebut binaural beat. Binaural beats dapat digunakan dalam konteks terapi suara, meditasi, dan relaksasi, serta untuk potensi efek pada kesejahteraan mental dan fisik.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2019 menunjukkan bahwa binaural beats tidak hanya menenangkan dan mengurangi kortisol (hormon stres utama) tetapi juga membantu meningkatkan produktivitas.
- Resmi Gabung Chelsea, Gaji Caicedo Sentuh Rp122 Miliar Per Tahun
- Miliki Keindahan Alam dan Budaya, Desa Wonorejo Jatim Sukses Jadi Desa Wisata Terpilih
- Jogja Darurat Sampah dari Dulu, Kok Baru Heboh Sekarang?
3. Meditasi Mindfulness
Davis berpendapat ketika otak terus memikirkan apa yang harus dilakukan dan mengkhawatirkan masa depan atau merenungkan masa lalu, penting untuk menghentikannya dengan meditasi mindfulness.
Penelitian yang dilakukan Khoury tahun 2013 menunjukkan bahwa terapi berbasis mindfulness dapat menghasilkan perbaikan pada kecemasan dan depresi.
4. Earthing
Dilansir dari Healthline, earthing atau grounding adalah teknik terapi dengan melakukan aktivitas yang membuat seseorang kembali terhubung pada bumi.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kontak fisik tubuh manusia dengan bumi memiliki banyak manfaat kesehatan. Salah satunya studi yang dilakukan oleh Lowry dkk pada tahun 2007. Studi ini menunjukkan bahwa sejenis bakteri di tanah dapat mengaktifkan sel-sel otak yang memproduksi serotonin, zat kimia saraf yang membuat perasaan nyaman.
Ini artinya melakukan kontak fisik dengan tanah dapat membantu seseorang melawan depresi.
5. Lebih Sedikit Screentime Ponsel
Davis menyoroti kebiasaan dimana kita biasanya merasa lelah dan butuh istirahat, namun malah mengambil ponsel dan menelusuri media sosial, berita, atau situs web belanja.
Semua aktivitas ini membuat kepala kita semakin penuh saat kita mengkonsumsi informasi dalam jumlah banyak di waktu singkat. Ini adalah kebalikan dari slow living.