Cara Warren Buffett Merevolusi Berkshire Hathaway, dari Tekstil ke Imperium Investasi
- Sebelum berkembang menjadi perusahaan investasi raksasa seperti sekarang, Berkshire Hathaway dulunya merupakan perusahaan tekstil yang hampir bangkrut.
Korporasi
JAKARTA - Perusahaan investasi raksasa milik Warren Buffett, Berkshire Hathaway, melaporkan telah menjual 50% kepemilikan sahamnya di Apple. Informasi ini terungkap dalam laporan laba kuartal II-2024 perusahaan tersebut.
Penjualan saham produsen iPhone tersebut dilakukan secara bertahap. Pada periode Januari-Maret, Berkshire Hathaway menjual 115 juta lembar saham setelah harga saham melonjak 23 persen. Hingga akhir Juni 2024, perusahaan telah menjual sekitar 390 juta saham Apple.
Kepemilikan saham Berkshire Hathaway di Apple kini tersisa 400 juta lembar dengan nilai US$84 miliar, turun dari sekitar US$140 miliar pada akhir Maret. Penjualan ini juga membuat tumpukan kas Berkshire Hathaway melonjak hingga US$277 miliar atau sekitar Rp4.486 triliun pada kuartal II-2024.
- Saham Emiten Tekno Ini Perlu Disimak Usai Raih Kontrak Baru dari Nvidia
- Menteri Israel Sepakat Lakukan Genosida, Negara Barat Ngamuk-Ngamuk
- Deretan Film Terlaris di Dunia 2024, Deadpool & Wolverine Masuk Urutan Berapa?
Sebelum berkembang menjadi perusahaan investasi raksasa seperti sekarang, Berkshire Hathaway dulunya merupakan perusahaan tekstil yang hampir bangkrut. Warren Buffett, yang sering dijuluki "Oracle of Omaha," secara bertahap membeli perusahaan ini dan mengubahnya menjadi konglomerasi investasi yang sukses.
Sejarah Awal Berkshire Hathaway
Berkshire Hathaway, awalnya dikenal sebagai Berkshire Fine Spinning Associates, adalah perusahaan tekstil yang didirikan pada abad ke-19 di Massachusetts, Amerika Serikat. Perusahaan ini kemudian bergabung dengan Hathaway Manufacturing pada tahun 1955, membentuk Berkshire Hathaway yang kita kenal sekarang.
Pada saat itu, industri tekstil di Amerika Serikat sedang mengalami kemunduran karena persaingan global dan meningkatnya biaya produksi. Berkshire Hathaway tidak terkecuali; meskipun memiliki sejarah panjang, perusahaan ini kesulitan bertahan dalam lingkungan bisnis yang berubah.
Masuknya Warren Buffett
Warren Buffett, yang lahir pada 30 Agustus 1930 di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat, pertama kali tertarik pada Berkshire Hathaway pada awal 1960-an. Pada waktu itu, perusahaan tersebut memiliki sejumlah pabrik dan aset yang dianggap undervalued. Buffett, seorang investor yang menganut prinsip value investing, fokus pada pembelian aset yang undervalued di pasar.
Buffett mulai membeli saham Berkshire Hathaway pada tahun 1962, ketika perusahaan tersebut diperdagangkan di bawah nilai bukunya. Ia melihat bahwa harga saham Berkshire lebih rendah dari nilai sebenarnya akibat kondisi keuangan perusahaan yang kurang baik.
Konflik dengan Manajemen Lama
Buffett awalnya membeli saham Berkshire Hathaway dengan niat untuk menjualnya kembali kepada manajemen perusahaan saat mereka menutup pabrik-pabriknya yang tidak menguntungkan. Namun, sebuah konflik dengan manajemen lama membuat Buffett mengubah rencananya.
Saat Buffett menyepakati harga per saham dengan manajemen lama, ia merasa tertipu ketika harga penawaran akhir mereka lebih rendah dari kesepakatan awal. Hal ini membuat Buffett marah, dan sebagai respons, ia memutuskan untuk membeli lebih banyak saham hingga ia memiliki kendali atas perusahaan tersebut.
Pada tahun 1965, Buffett berhasil mengambil alih kendali penuh atas Berkshire Hathaway. Namun, setelah mendapatkan kendali, ia menyadari bahwa bisnis tekstil tidak akan memberikan keuntungan yang diharapkannya. Berkshire Hathaway terus beroperasi di industri tekstil, tetapi Buffett mulai mengalihkan fokusnya ke sektor-sektor yang lebih menjanjikan.
- Proyeksi Bisnis Bumi Serpong Damai (BSDE) Jika Akuisisi Saham SMDM
- Pengenaan Cukai pada Makanan Cepat Saji Dinilai Rugikan UMKM
- GOTO dan TikTok Bersinergi Soal Jasa Pengiriman Makanan, Bagaimana Prospeknya?
Transisi Menuju Investasi
Setelah mengambil alih kendali, Buffett secara bertahap mengalihkan fokus Berkshire Hathaway dari bisnis tekstil yang merugi ke bisnis investasi dan asuransi. Salah satu langkah pertama yang ia lakukan adalah mengakuisisi National Indemnity, sebuah perusahaan asuransi, pada tahun 1967. Pembelian ini merupakan langkah penting karena industri asuransi menyediakan arus kas yang stabil dan besar melalui premi yang dibayarkan oleh para pemegang polis.
Buffett kemudian menggunakan "float" dari bisnis asuransi — yaitu uang yang disimpan sementara oleh perusahaan asuransi sebelum harus dibayarkan untuk klaim — untuk berinvestasi dalam saham dan perusahaan lain. Strategi ini memungkinkan Berkshire Hathaway untuk mengembangkan portofolio investasinya tanpa harus meminjam uang dalam jumlah besar.
Investasi Kunci dan Pertumbuhan
Di bawah kepemimpinan Buffett, Berkshire Hathaway mulai melakukan investasi besar dalam berbagai perusahaan terkenal, termasuk Coca-Cola, American Express, Gillette, dan The Washington Post. Buffett dikenal karena pendekatannya yang hati-hati dalam memilih perusahaan untuk diinvestasikan, dengan fokus pada bisnis yang memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, manajemen yang handal, dan harga yang wajar.
Buffett tidak hanya membeli saham perusahaan-perusahaan ini, tetapi juga sering kali memberikan dukungan strategis dan manajerial yang membantu perusahaan-perusahaan tersebut tumbuh. Pendekatan "buy and hold" Buffett memungkinkan Berkshire Hathaway untuk memperoleh keuntungan jangka panjang yang signifikan dari investasinya.
Menghentikan Operasi Tekstil
Meskipun Buffett telah mengalihkan fokus Berkshire Hathaway ke investasi, ia tetap mempertahankan bisnis tekstil perusahaan hingga tahun 1985. Pada saat itu, ia akhirnya memutuskan untuk menutup operasi tekstil Berkshire Hathaway sepenuhnya karena tidak lagi menguntungkan.
Keputusan ini menunjukkan kemampuan Buffett untuk meninggalkan bisnis yang tidak menguntungkan, meskipun memiliki keterikatan sejarah dengan perusahaan tersebut. Ia menyadari bahwa sumber daya perusahaan akan lebih baik digunakan di sektor-sektor lain yang lebih menguntungkan.
Berkembang Menjadi Konglomerat
Seiring berjalannya waktu, Berkshire Hathaway berkembang menjadi konglomerat raksasa dengan portofolio yang beragam, mencakup berbagai sektor seperti asuransi, energi, transportasi, retail, dan jasa keuangan. Perusahaan ini juga memiliki sejumlah anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya, termasuk Geico, BNSF Railway, dan Dairy Queen.
Selain itu, Berkshire Hathaway menjadi salah satu perusahaan yang paling dikagumi di dunia investasi, dengan kapitalisasi pasar yang terus meningkat. Kesuksesan Buffett dalam mengelola portofolio investasi Berkshire Hathaway telah menjadikannya salah satu orang terkaya di dunia dan simbol investasi yang cerdas dan beretika.